SajianSedap.com - Makanan merupakan bahasa universal yang bisa diterima oleh semua orang.
Tak perlu paham bahasa sebuah negara hanya untuk menikmati makanan khasnya.
Nah khususnya makanan khas saat bulan Ramadhan.
Sebagai bulan suci umat Islam, Ramadhan memang memiliki berbagai tradisi, termasuk makanan khasnya.
Tak hanya di Indonesia, negara ASEAN atau negara-negara di Asia Tenggara memiliki berbagai makanan khas khususnya saat bulan Ramadhan.
Sebagai salah satu kawasan dengan mayoritas umat Islam terbesar, Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN tentu memiliki beragam makanan khas Ramadhan.
Kira-kira apa saja sih?
Berikut ini makanan khas di beberapa negara ASEAN dikutip dari Indonesia.go.id.
Masyarakat Melayu di negeri tetangga Singapura, biasanya menyajikan kueh lapis di meja makan saat berbuka puasa.
Kueh lapis merupakan kue kukus, biasanya berlapis-lapis dan terbuat dari tepung beras, santan, dan memiliki banyak warna.
Makanan berbuka puasa lainnya adalah mee rebus. Ini adalah sejenis mie yang dimasak dalam kuah kacang dengan daging atau udang, tauge, telur, dan kerupuk.
Penganan ini sangat mudah ditemui di kawasan pujasera (food court) di Bugis Street, sekitar Mustafa Centre, dan Kampong Glam.
Jika Anda pergi ke bazar Ramadan di Kuala Lumpur (KL), di semenanjung atau di Kinabalu, Sabah, maka bubur lambuk dan nasi lemak adalah makanan favorit buka puasa warga Malaysia.
Rasa gurih bubur lambuk berasal bahan dan bumbu yang bervariasi seperti rempah-rempah, daging, santan, butter ghee, dan minyak kelapa.
Sajian bubur ini juga ditambahkan dengan irisan sayur lobak, wortel, dan kacang panjang.
Makanan spesial Ramadan itu disiapkan secara berbeda di masing-masing negara bagian di Malaysia; misalnya daerah pesisir timur seperti Terengganu, bubur lambuk disiapkan dengan rempah liar, budu, ubi, dan seafood.
Hidangan favorit di Negeri Jiran selama bulan puasa tentunya adalah nasi lemak.
Makanan paling populer di Malaysia itu terdiri nasi putih dengan santan yang disajikan bersama ikan teri goreng, telur rebus, irisan mentimun, dan sambal.
Nasi lemak juga bisa dinikmati dengan ayam goreng, sambal sotong, ikan goreng, dan rendang daging.
Kudapan ini tidak hanya dapat ditemui di Malaysia, tapi juga dijajakan di Singapura, Brunei Darussalam, dan Kepulauan Batam, Indonesia.
Bergeser ke arah utara Malaysia, di Thailand ada kembaran martabak.
Namanya murtabak.
Baca Juga: Awet Bertahun-tahun, Ini 6 Cara Merawat Kitchen Set di Rumah yang Baik dan Benar
Cara pengolahannya mirip dengan martabak karena diolah dari telur ayam/bebek.
Hanya saja, murtabak tidak digoreng agak kering seperti di Indonesia.
Murtabak bisa dinikmati dengan susu kental manis atau air gula dengan irisan timun, bawang bombai, dan cabai, tidak seperti di Malaysia yang biasanya dinikmati dengan dal atau kari.
Murtabak atau yang dikenal sebagai "mataba" oleh masyarakat lokal, sangat populer di Bangkok.
Mataba itu dijual di banyak kios saat ada bazar Ramadan.
Pusat makanan halal selama Ramadan di Bangkok ada di kawasan Ratchathewi.
Selain di Bangkok, masyarakat Muslim di Thailand tinggal di Pattani, Yala, dan Narathiwat.
Di samping martabak, adapula pad thai.
Hidangan ini merupakan mie goreng khas Thailand yang terbuat dari beras.
Pad Thai biasa dikonsumsi dengan udang, kepiting, cumi, ayam dan sumber protein lainnya.
Selain itu juga ditambahkan tauge, cabai merah bubuk, jeruk nipis, dan bumbu kacang.
Lumayan pedas memang, namun mengunggah selera.
Arroz caldo biasanya dinikmati oleh masyarakat Muslim di Filipina.
Penganan ini Merupakan hidangan bubur yang terbuat dari ayam dan nasi diberi bumbu bawang bombai, bawang putih, jahe, dan saus ikan, kemudian ditaburi dengan bawang goreng.
Sangat cocok dinikmati saat berbuka puasa atau sahur.
Konon khasiatnya setara dengan sup ayam dan dapat menyembuhkan orang yang terkena flu.
Selain ada komunitas muslim di Manila, ibu kota Filipina, mereka sebagian besar ada di selatan Filipina khususnya di Provinsi Mindanao.
Mau berbuka puasa dengan menu murah meriah?
Cukup mencari nasi katok.
Kendati dinamai nasi katok (katok dalam bahasa Jawa berarti celana dalam) bukan berarti nasi katok adalah nasi dalam celana.
Dalam standar ucapan Melayu, katok sama dengan 'ketuk', berarti nasi dan ketuk (seperti mengetuk pintu).
Umumnya nasi katok berisi nasi putih, ayam goreng, dan sambal.
Makanan tersebut disajikan dengan menggunakan wadah plastik dan menjadi makanan umum masyarakat lokal.
Di Bandar Seri Begawan, Anda bisa membeli nasi katok seharga 1 Dollar Brunei saja.
Makanan berbuka puasa lainnya khas Brunei adalah ambuyat.
Sejenis hidangan yang terbuat dari pati sagu yang dicampur dengan air hingga membentuk pasta kental.
Biasanya dimakan dengan saus sambal atau daging.
Makanan ini mirip-mirip dengan tempoyak di Sumsel atau papeda di Papua.
Baca Juga: Cara Menyimpan Jamur Tiram Agar Tahan Lama, Tetap Segar Saat Dimasak
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR