Hari itu, Kamis, 29 Mei 2014, adalah hari libur Kenaikan Isa Almasih.
Tak sampai 10 menit, saking ngebutnya, taksi sudah berbelok ke Rumah Sakit Mitra Keluarga, tak jauh dari Terminal Depok.
Tiba di UGD, semangat saya kembali muncul. Saya keluar dari taksi sendiri tanpa dibantu sopir taksi. Saya berjalan pelan-pelan, dan tetap diapit kedua anak saya serta istri saya yang menahan bahu saya dari belakang.
"Dada sesak, keringat dingin," ujar istri saya ke petugas UGD yang datang membuka pintu sembari menyorongkan tempat tidur.
Saya ingat betul, saat itu saya langsung diminta duduk di tepi tempat tidur dan diminta diam sebentar.
"Angkat lidahnya, Pak, telan ini dan habiskan," ujar seorang petugas sembari memasukkan obat berbentuk bubuk ke balik lidah saya.
Sekonyong-konyong, selesai melumat obat tersebut, nyeri di dada saya perlahan menghilang.
Petugas pun meminta saya berbaring, dan kemudian memasangkan selang oksigen ke hidung saya.
Tangan kiri saya pun lantas diberi cairan infus.
Memang, meskipun rasa sesak di dada belum hilang, nyerinya sedikit berkurang. Untuk itulah, saya diminta lagi untuk menghabiskan obat yang juga sudah disiapkan oleh seorang suster.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR