Tanpa banyak cakap, kami berempat bergegas ke luar pusat belanja. Dari tempat kami berdiri, gerbang mal ini masih sekitar 200 meter.
Rasanya, sudah lebih dari lima menit perubahan aneh pada kondisi badan saya ini berlangsung.
Saya sadari itu. Maka, pelan-pelan kami berjalan melewati kerumunan.
Saya dituntun kedua anak saya di kiri dan kanan. Istri saya berjalan di belakang untuk menahan punggung saya.
"Itu taksi," kata istri saya, beberapa meter di pintu gerbang.
"Pak, ke rumah sakit ya, yang paling dekat," ujar istri saya. Taksi langsung meluncur.
Namun, baru sesaat masuk ke jalan raya, panik mulai melanda.
Bukan apa-apa, dada saya makin sesak. Dashboard taksi ini seperti mengimpit. Badan saya juga makin lama semakin lemas.
"Tuhan... saya ingin sampai lebih dulu ke rumah sakit, jangan dulu biarkan saya mati," batin saya terus berkata demikian di antara istigfar saya di mulut.
Doa saya terkabul. Saya sadari itu meskipun mata saya terpejam menahan sakit di dada.
Pasalnya, Jalan Margonda Raya yang biasanya macet pada hari libur, siang itu nyaris lengang.
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR