"Enggak, ini aneh. Rumah sakit... ke rumah sakit sekarang," kata saya.
"Kok ke rumah sakit. Pulang aja ya. Kamu tunggu dan duduk di sini, aku beli minyak angin dulu," jawab istri saya.
Nyaris, marah saya meledak. Tetapi saya sadar, marah hanya akan menguras energi.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Jadi, saya acuhkan ucapan istri saya. Saya juga tak mau duduk, tetapi tetap berdiri sembari berpegangan pada dinding mal.
Pikir saya, duduk hanya akan bikin sesak di dada semakin parah. Setengah berlari, istri saya kembali menghampiri.
Dia baru selesai dari apotek.
"Kamu masuk angin nih, sini aku olesin dada kamu. Punggungnya juga sini," kata istri saya.
Saya diamkan istri saya berbuat demikian. Tetapi, hati saya makin kuat bahwa ini bukan masuk angin.
Entah, feeling saya bilang lain. "Sekarang ke rumah sakit. Cari taksi sekarang. Ini jantung, jantung," bentak saya.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR