Sajiansedap.com - Jauh sebelum dikenal sebagai juri dalam acara televisi di Indonesia, sepak terjang Degan sudah lama diperhitungkan dalam jagat industri food & beverage tingkat dunia. Tahun 2012, ia dinominasikan sebagai Best Asian Chef dalam perhelatan World Gourmet Summit di Singapura.
Sebelumnya di tahun 2009, Degan juga terpilih menjadi salah satu dari 4 chef terbaik di Thailand yang berhak memasak untuk keluarga kerajaan dalam pagelaran “One-Million Baht Dinner” charity event.
Deretan prestasi yang ditorehkan Degan, membuat kemahiran suami Nike Kurnia ini tak bisa dipandang sebelah mata. Ia tercatat sebagai salah satu chef terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini.
Tinggal di Jerman sejak kecil
Siapa sangka, koki yang menghabiskan masa kecil hingga lulus kuliah di Jerman ini sudah melangkahkan kaki di dapur professional sejak usia 15 tahun. “Awalnya banyak sekali pertimbangan saya. Mulai bercita-cita jadi pilot, sampai astronot,” kenangnya tertawa.
Saat itu, setahun sebelum kelulusannya dari sekolah menengah atas, Degan memutuskan magang di sebuah hotel tak jauh dari rumahnya. “Saya pikir pekerjaan di dapur ringan dan asyik,” tuturnya.
Apalagi anak tunggal yang kerap ditinggal ibu dan ayahnya bekerja ini sudah terbiasa menyiapkan makanan sendiri di rumahnya sejak berusia 6 tahun.
Di usia 15 tahun, Degan memulai pekerjaannya sebagai apprentice. Tugasnya mengupas puluhan kilogram kentang setiap hari. Zur Pfalz yang merupakan family business hotel dengan 50 kamar menjadi pilihan Degan, meski saat itu kesempatan bekerja di hotel yang lebih besar juga mengalir.
Sang ibu menyarankan Degan untuk memilih jenis pekerjaan yang lebih sulit. Menurut Degan, tingkat kesulitan di dapur sebuah hotel kecil jauh lebih banyak sehingga ia bisa mendapat pengalaman yang lebih berharga.
Bahan baku pun harus dibuat home made seperti pasta, hingga saus. Sedangkan hotel besar umumnya mengandalkan supplier. “Saya pikir dunia dapur perkara sepele, ternyata saya salah besar,” kenang Degan.
Suatu hari, ia diminta membuat salad untuk dinikmati sendiri sang head chef. Kelezatan racikan cesar salad buatannya berbuah pujian, dan bahkan menjadi standar untuk menu pembuka di sana.
Saat itulah Degan sadar jika kepuasaan konsumen adalah kunci keberhasilan seorang chef. “I started from a wrong reason, but I stayed for the right reason,” simpulnya.
Dari Michael Jackson hingga Dalai Lama
Degan lantas memutuskan untuk mengambil pendidikan kuliner di Berufsbildende Schule, Ludwigshafen, Jerman. Ia memilih jurusan Major Culinary. Sambil bekerja, ia melanjutkan sekolah hingga European cuisine begitu melekat sebagai akar keahliannya. Maklum saja, ia tinggal di kota Kendal yang letaknya tak jauh dari perbatasan Perancis.
Selepas kuliah, Degan mulai berpikir untuk memperkuat keahlian bahasanya, selain Jerman dan Indonesia. Ia bertolak ke Inggris sambil terus bekerja di sana. Sebagai orang Indonesia, Degan merasa harus bisa menguasai hidangan tradisional, tanah kelahirannya.
Ia pun mendapat ijin dari sang ibu untuk melamar pekerjaan di Indonesia, namun dengan syarat jika tidak berlanjut, akan dipulangkan kembali ke Jerman. Kelana Degan pun dimulai. Mulai dari Hilton Jakarta, Hyatt Bali, The Ritz Carlton Bali (sekarang The Ayana), Melia Bali, hingga Laguna Bintan pernah dijejaknya dengan posisi terakhir sebagai executive sous chef.
Perjalanan karir Degan makin bersinar ketika ia berkarya di Atlantis Royal Towers, Bahamas. Ia pun berkesempatan melayani kalangan jetset dunia seperti Michael Jackson, Leonardo Di Caprio, Natalie Cole hingga Dalai Lama.
Degan pun pernah mencicipi rasanya memimpin Mega Kitchen yang memiliki brigade lebih dari 200 orang. Langkahnya makin mantap saat ia dipercaya menjabat sebagai Executive sekaligus Corporate Chef dan Group Manager of Culinary Development Banyan Tree di berbagai negara. Lebih dari 13 outlet resto ditanganinya setiap hari.
Cinta Indonesia dan masakan tradisional
Tahun 2010, Degan mendirikan restoran bersama sang istri di Bali yang ia namakan Café Degan. Resto ini didedikasikan bagi masakan autentik Indonesia yang ia kreasikan dengan sepenuh hati. Mulai dari rempah yang ditanamnya sendiri, hingga telur asin yang juga diproduksi sendiri.
Tamu Kita
Chef Degan Septoadji Suprijadi, Founder Café Degan Seminyak, Bali
The Real Masterchef, Pencinta Hidangan Tradisional
KOMENTAR