SajianSedap.com - Lebaran merupakan hari raya yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia sebagai penutup dari bulan Ramadan.
Tradisi Lebaran memiliki banyak aspek yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain.
Tetapi secara umum, terdapat beberapa tradisi yang umum dilakukan oleh umat Muslim dalam merayakan Lebaran, salah satunya menyajikan makanan khas Lebaran.
Di berbagai negara, terdapat makanan khas yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan lebaran termasuk di Indonesia.
Satu makanan khas lebaran yang biasanya disajikan oleh masyarakat Jawa adalah ‘Lepet’.
Konon Lepet juga menjadi salah satu kudapan yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada masyarakat Jawa, selain ketupat.
Seperti apa sejarah dan makna makanan ini menjadi salah satu makanan khas lebaran? Simak berikut ini.
Penganan ini lazim ditemukan di pulau Jawa dan populer disantap sebagai kudapan.
Lepet umumnya disajikan bersama dengan kupat (ketupat) pada hari raya Idul Fitri.
Bagi daerah yang tidak memiliki tradisi Syawalan, lepet disajikan pada tanggal 1 Syawal (saat hari raya Idul Fitri).
Sedangkan beberapa daerah yang merayakan tradisi Syawalan seperti Jepara, Demak, dan Solo, lepet disajikan pada tanggal 8 Syawal (1 minggu setelah hari raya Idul Fitri).
Baca Juga: Mengenal Tradisi Binarundak, Puncak Perayaan Lebaran di Sulawesi Utara
Kuliner khas ini terbuat dari beras ketan ditambah dengan kelapa muda parut dan sedikit garam.
Kemudian dibungkus daun kelapa muda atau janur dan direbus hingga matang. Lepet mirip lemper dan lontong, meskipun perbedaannya teksturnya lebih liat dan lengket.
Lepet juga memiliki cita rasa yang lebih gurih karena ada campuran kacang dan santan di dalamnya.
Lepet yang menyimbolkan kesucian dan kebersihan banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai gantungan di depan rumah (atap, pintu, dan lainnya) untuk mengusir hal-hal negatif.
Lepet memiliki filosofi dalam bahasa Jawa, yakni silep kang rapet atau tertutup rapat.
Filosofi ini bermakna bahwa setelah mengaku salah (lepat), maka pihak lain cukup memaafkan dan berusaha untuk tidak mengungkitnya lagi.
Hal tersebut yang membuat jalinan persaudaraan antar sesama semakin erat seperti tekstur lengket lepet.
Setiap komponen bahan yang digunakan dalam pembuatan lepet memiliki makna sendiri, sebagai berikut :
- Ketan yang memiliki tekstur menempel dan lengket satu sama lain menggambarkan ikatan pertemanan yang kuat.
- Kelapa parut yang memiliki tekstur halus menggambarkan kehalusan perasaan dan sopan santun yang diharapkan terdapat pada umat Islam saat Idul Fitri.
- Garam menggambarkan keseimbangan hubungan antara komunitas yang harmonis.
Baca Juga: Tradisi Berbagi Makanan Jelang Lebaran yang Cuma Ada di Indonesia, Ini Awal Mulanya
- Janur (daun kelapa muda) yang berasal dari kata "jatining nur" memiliki arti cahaya sejati, menggambarkan sucinya kondisi manusia setelah menerima cahaya sejati selama bulan Ramadhan. Selain itu, kesulitan proses pengambilan janur yang berada pada puncak pohon menggambarkan upaya yang dilakukan umat muslim demi mencapai kesucian.
Tali bambu merupakan simbol pertemanan yang kuat karena sifat alami tanaman bambu yang tumbuh berkelompok.
Makan lepet sebagai simbol jiwa dan raga yang fitri akan direkatkan kembali. Sehingga menjadi manusia yang kembali fitri.
Artikel ini telah tayang di Sonora dengan judul Lepet, Kudapan Lebaran Sarat Makna yang Sudah Ada Sejak Zaman Sunan Kalijaga
Baca Juga: Bukan Pisang, Kolak Ayam Jadi Buruan Menu Takjil di Gresik, Cara Buatnya Unik
Source | : | sonora |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR