Namun, tidak semua hidangan Eropa diterima dengan baik oleh kaum bangsawan di Kasunanan Surakarta karena selera dan budaya lokal turut berperan.
Di Jawa, makanan umumnya memiliki cita rasa manis.
Untuk memenuhi selera raja-raja Kasunanan Solo, dilakukan modifikasi pada hidangan steak.
Kecap digunakan untuk memberikan cita rasa manis, menggantikan kecap Inggris dan mayones.
Selat Solo merupakan kombinasi bistik dan salad, namanya berasal dari kata Belanda "slachtje" yang berarti salad.
Kata "steak" sendiri berasal dari bahasa Belanda "biefstuk".
Di Eropa, steak biasanya disajikan dalam ukuran besar dan dimasak setengah matang.
Namun, raja-raja Kasunanan Solo tidak terbiasa dengan daging yang dimasak setengah matang.
Oleh karena itu, daging yang seharusnya dimasak setengah matang diubah menjadi daging sapi cincang yang dicampur dengan sosis, tepung roti, dan telur.
Baca Juga: Musisi Ahmad Dhani Terkena Asam Urat saat Dipenjara, 4 Makanan Murah Ini Bisa Meredakan Nyerinya
Campuran ini dibentuk seperti lontong dan dibungkus daun pisang, kemudian dikukus hingga matang.
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR