SajianSedap.com - Setelah lebaran bulan kemarin, pengeluaran untuk uang satu bulan pastinya kurang.
Apalagi saat THR, tanggal gajian dimajukan hingga akhir bulan saat ini terasa susah.
Uang di ATM dan dompet pun mungkin tinggal tersisa recehannya saja.
Pastinya harus cari akal supaya hemat pengeluaran agar bisa cukup untuk bertahan hidup hingga tanggal gajian datang.
Nah, salah satu solusi untuk hemat pengeluaran di tanggal tua ini adalah dengan menghemat anggaran makan.
Caranya bagaimana?
Berikut tips menghemat kebutuhan makan sehari-hari seperti dikutip dari Cermati.com via Kompas.com:
Dalam setiap pengeluaran sebaiknya direncanakan terlebih dahulu, tak terkecuali untuk kebutuhan makan.
Jika tidak bisa seminggu sekali, buat rencana menu makan harian.
Dengan demikian, kamu akan membeli bahan pangan yang sesuai dengan menu tersebut.
Ini butuh komitmen yang kuat.
Karena kalau tidak, kamu bisa tergiur borong bahan pangan lainnya sehingga membuat anggaran membengkak.
Bukannya berhemat, jatuhnya malah boncos, nih!
Tidak bisa dihilangkan, namun masih dapat dikurangi dengan memangkas frekuensi makan.
Misalnya dari tiga kali sehari menjadi dua kali sehari.
Dengan mengurangi frekuensi makan ini, toh tidak akan membuatmu mati kelaparan kok.
Masih bisa makan nasi dan lauk pauk.
Makan tiga kali sehari pun bukan jaminan hidup sehat.
Bayangkan, berapa uang yang bisa kamu hemat dengan cara ini.
Misalnya kamu anak kos, biasa membeli makanan jadi.
Jika sebelumnya dengan budget Rp 20 ribu per sekali makan, untuk tiga kali selama sebulan sebesar Rp 1,8 juta.
Baca Juga: Cara Menghemat Gas Elpiji Meski Sering Dipakai Masak, Jadi Makin Hemat Uang Bulanan
Bila dikurangi menjadi dua kali makan sehari, maka berarti hanya Rp 1,2 juta.
Kamu hemat Rp 600.000 per bulan. Apalagi kalau bisa memangkas anggaran makan, penghematannya pasti lebih besar.
Tips lainnya dengan menurunkan kualitas makan atau bahan pangan.
Maksudnya adalah kamu harus mulai mengubah gaya hidup dalam mengonsumsi makanan.
Bila sebelumnya hampir setiap hari makan lauk ikan dan daging sapi atau ayam, maka sekarang biasakan mengonsumsi tempe atau tahu.
Atau bahan pangan murah meriah lainnya.
Selain itu, yang tadinya membeli bahan pangan bermerek, beralih ke yang non-merek atau curah.
Hal yang terpenting kegunaan dan manfaatnya sama.
Apalagi ada rencana pemerintah memungut PPN (Pajak Pertambahan Nilai) untuk sembako premium.
Andai nanti terealisasi, harga jual bahan pangan premium bisa jadi lebih murah.
Sementara bahan pangan curah alias non-premium yang umumnya ada di pasar tradisional dan warung-warung kelontong, tidak kena pajak.
Kebiasaan yang bikin keuangan jebol tanpa kamu sadari biasanya jajan di luar, termasuk membeli makanan jadi.
Terlebih makannya di restoran atau warung makan besar.
Coba deh ubah gaya hidup tersebut.
Setop jajan di luar, dan mulai memasak sendiri di rumah.
Dengan bahan pangan seharga Rp 15.000 (sayur dan lauk), kamu bisa memasak untuk dua atau tiga kali makan sehari.
Kalau beli makanan jadi, uang Rp 15.000 hanya buat sekali makan saja.
Itupun di warteg bukan restoran.
Kemudian bawa bekal makan siang ke kantor.
Jadi, godaan jajan di luar dapat tertahan karena akan merasa mubazir jika dibuang.
Toh itu kan hasil masakanmu sendiri.
Keuntungan belanja di pasar tradisional, yakni harga yang murah dan bisa ditawar.
Contoh dengan bujet Rp 15.000, kamu bisa dapat sepaket sayur sop Rp 5.000, tempe satu papan Rp 4.000, minyak goreng ukuran gelas Rp 3.000, bawang putih Rp 2.000, lada butir dan penyedap rasa Rp 1.000.
Harga jual di pasar tradisional tidak saklek.
Masih bisa ditawar asal buang gengsi.
Atau membeli bahan pangan sesuai anggaran.
Tetapi kalau kamu beli bahan pangan di supermarket, uang Rp 15.000 tentu tidak akan cukup.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dompet Cekak? Begini Tips Hemat Uang Makan Sehari-hari".
KOMENTAR