SajianSedap.com - Punya tubuh yang langsing memang jadi impian semua wanita.
Makanya, segala cara dilakukan untuk bisa punya tubuh kurus.
Salah satunya adalah menggunakan obat diet.
Obat diet pun banyak banget jenisnya.
Dari yang dibeli di pasaran sampai harus dengan resep dokter.
Tapi, tahukah kamu kalau salah minum obat diet bisa menyebabkan sakit liver, lo.
Kok bisa?
Bisa kalau yang kita konsumsi adalah obat diet dengan ciri-ciri ini.
Obat pelangsing atau obat anti-obesitas sebenarnya adalah obat keras sehingga memerlukan resep dokter dan diperlukan konsultasi untuk menentukan dosis yang tepat.
Salah satu bahaya dari konsumsi obat anti-obesitas sembarangan adalah kerusakan lever dan hepatitis.
Hal tersebut sudah dibuktikan di Hawaii, Amerika Serikat. Pemerintah menarik suplemen penurun berat badan OxyElite Pro.
Dalam sebuah penyelidikan, terbukti ada 10 laporan kasus gagal lever akut setelah mereka mengonsumsi obat tersebut.
Meski suplemen tersebut tidak beredar di Indonesia, tetapi sebaiknya Anda lebih bijaksana sebelum mengonsumsi obat pelangsing.
Bila Anda mengonsumsi obat, suplemen, atau herbal penurun berat badan, waspadai munculnya tanda-tanda berbahaya.
Misalnya, rasa nyeri atau tidak nyaman pada perut, kelelahan, nafsu makan hilang, mual dan muntah, serta kulit atau mata menjadi kuning.
Obat pelangsing juga seharusnya tidak membuat kita buang air kecil atau buang air besar terus-menerus karena bisa menyebabkan dehidrasi.
Tentu saja, pilihan paling aman untuk menurunkan berat badan adalah pengaturan pola makan yang diimbangi dengan rutin berolahraga.
Pada akhirnya, tujuan jangka panjang dari diet bukanlah semata menjadi langsing, melainkan juga menjadi sehat.
Lalu gimana cara tahu obat diet berbahaya atau tidak?
Caranya adalah mengetahui bahan yang terkandung adlam obat diet.
Sebelum Anda mengkonsumsi obat atau jamu pelangsing, perhatikan apakah di dalamnya terkandung zat kimia di bawah ini.
Jika iya, sebaiknya jangan dikonsumsi, daripada sakit.
Berikut zat kimia yang terkandung dalam pil diet dan sering disalahgunakan pada obat-obat pelangsing:
Obat pelangsing umumnya mengandung psikotropika golongan II, yaitu turunan amphetamine .
Jadi, jika pada obat pelangsing pilihan Anda terdapat amphetamine , konsultasikan dengan dokter, karena zat kimia ini tidak bisa dikonsumsi tanpa adanya resep dokter.
Sangat berpengaruh menyebabkan diuretik.
Juga, menginduksi denyut jantung cepat dan meningkatkan risiko stroke atau serangan jantung.
Berbahaya terlebih jika disatukan dengan obat-obatan seperti astemizol, atorvastatin, dan sildenafil.
Beberapa efek samping utamanya adalah tekanan darah tinggi, kejang, diare, dan masalah ginjal.
Karena efek berbahaya dari ephedra (ephedrine ), Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat telah menarik beberapa pil diet yang mengandung ephedra karena berpotensi berbahaya.
Menurut penjelasan mereka, ephedra mampu menginduksi peningkatan denyut jantung dan jantung berdebar, sehingga menyebabkan penggunanya berisiko serangan jantung atau stroke.
Fenilpropanolamin (PPA) biasanya sering dijadikan bahan pada obat flu, batuk, dan anti alergi.
Baca Juga: Jangan Harap Bisa Diet Kalau Resep Sambal Bajak Ikan Gabus Asin Sudah Hadir Di Meja Makan
Sedangkan pada pil diet, PPA ditujukan untuk menekan nafsu makan.
Berdasarkan penelitian, PPA dapat meningkatkan risiko stroke hemoragik.
Phenytoin memiliki efek menekan nafsu makan.
Namun jika digunakan dalam dosis tinggi (biasanya dalam pil diet), dapat memicu reaksi alergi (ruam) dan menyebabkan sembelit, bicara cadel, sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, tremor, gangguan motorik, pembengkakan kelenjar getah bening, dan penyakit kuning.
Dikenal sebagai penekan nafsu makan, tapi juga dapat meningkatkan risiko pertumbuhan tumor.
Sejenis stimulan yang diubah menjadi amfetamin dalam tubuh.
Senyawa ini dapat menyebabkan nyeri dada, sakit kepala, dan insomnia.
Efek samping lainnya termasuk mengantuk dan pikiran untuk bunuh diri.
Rimonabant tidak disetujui oleh FDA karena memengaruhi otak dengan meningkatkan risiko depresi dan keinginan bunuh diri.
Konon, efek yang ditimbulkan senyawa kimia ini lebih rendah dari ephedra.
Tapi ternyata, sibutramine justru dapat menyebabkan efek samping yang lebih besar, termasuk masalah pencernaan (sakit perut, mual, hyperacidity , sembelit, nafsu makan meningkat), pernapasan (nasal dan peradangan sinus, eksaserbasi batuk, sakit tenggorokan, mulut kering), kulit (rash ), neurologis (pusing, sakit kepala, depresi, gugup, gelisah, insomnia), dan dismenore .
Sibutramine juga menyebabkan tekanan darah tinggi, jantung berdebar, meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke, dan epilepsi. (Nova/Ester Sondang)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali Zat Berbahaya dalam Produk Pelangsing"
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR