Melalui jurnal tersebut, mereka menjabarkan alasan jaga jarak dua meter belum cukup untuk menurunkan risiko penyebaran virus.
Asal aturan dua meter
Aturan jaga jarak dua meter, atau sekitar enam kaki, berasal dari tahun 1800-an ketika ilmuwan Jerman Carl Flügge menemukan bahwa patogen hadir dalam tetesan besar yang dikeluarkan dari hidung dan mulut.
Sebagian besar tetesan ini jatuh ke tanah dalam jarak satu hingga dua meter dari orang yang terinfeksi.
Pada tahun 1940-an, kemajuan fotografi memungkinkan para peneliti menangkap gambar tetesan ekspirasi yang tersebar ketika seseorang bersin, batuk, atau berbicara.
Studi lain pada periode itu menemukan bahwa partikel besar dengan cepat jatuh ke tanah di dekat orang yang mengeluarkannya.
Studi itu memperkuat aturan dua meter, terlepas dari batasan keakuratan studi awal ini.
Studi-studi tersebut cenderung mengelompokkan tetesan ekspirasi menjadi dua kategori, yakni besar dan kecil.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini.
KOMENTAR