Bikin Satu Indonesia Bernafas Lega! 100 Ribu Obat Virus Corona Siap Disalurkan! Pandemi Akan Segera Berakhir
SajianSedap.com - Pandemi virus Corona kini menyerang seluruh Provinsi di Indonesia
Kebutuhan akan obat-obatan menjadi salah satu yang terpenting agar wabah virus corona tak semakin membesar
Perusahaan farmasi PT Dexa Medica memberikan donasi berupa obat-obatan untuk pasien Covid-19 di Indonesia.
Hal ini diungkap melalui konferensi pers yang videonya diunggah Ganjar Pranowo di Instagram, Sabtu (11/4/2020), Hery Sutanto,
Commercial Director PT Dexa Medica menyebut pihaknya akan mendonasikan sejumlah produk yang dibutuhkan Indonesia saat ini.
Baca Juga: Where To Stay in Puncak: Pullman Ciawi Vimala Hills Resort, The Perfect Retreat from City Life
Dexa Medica mendonasikan obat hidroksiklorokuin (hydroxychloroquine) yang bahan bakunya sulit didapat saat ini.
"Namun berkat dukungan pemerintah, Dexa Medica berhasil memproduksi obat tersebut," ujar Hery Sutanto.
Bantuan Penyaluran Obat
Obat hidroksiklorokuin (hydroxychloroquine) yang berjumlah sekitar 100 ribu tablet sudah siap disalurkan ke 5.000 pasien Covid-19 di Indonesia.
Bersama dengan hidroksiklorokuin, ada pula obat azitromisin (azithromycin) dan klorokuin (chloroquine).
Sekitar 50 ribu lebih tablet azitromisin juga siap disalurkan untuk 5000 pasien.
Untuk klorokuin, Hery Sutanto menyebut 240 ribu tablet klorokuin akan siap disalurkan untuk 12 ribu pasien dalam waktu dekat.
Selain obat-obatan untuk pasien Covid-19, Dexa Medica juga mendonasikan APD serta suplemen dan vitamin untuk petugas medis yang tengah berjuang di garda depan saat ini.
Untuk donasi tahap pertama ini, Dexa Medica telah memberikan bantuan dengan total lebih dari Rp 5,1 miliar.
Berikut ini berbagai jenis obat yang digunakan untuk upaya penyembuhan pasien penderita Covid-19, dikutip dari New York Post.
Artikel Berlanjut Setelah Video Berikut Ini
Jenis Obat yang Disalurkan
1. Klorokuin dan hidroksiklorokuin
Klorokuin telah direkomendasikan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk menangani virus corona.
Meski begitu, obat ini belum diterima oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau FDA.
Klorokuin dan hidroksiklorokuin telah digunakan sebelumnya untuk mengobati malaria.
Malaria disebabkan oleh parasit, tidak seperti Covid-19 yang disebabkan oleh virus.
Beberapa studi menyatakan obat ini masih efektif mengobati SARS, 'saudara' dari Covid-19.
Baca Juga: Hasil Temuan Kembali Terungkap! Ilmuan: 'Masih Ada Ribuan Virus yang Lebih Ganas Setelah Corona'
Satu studi dilakukan pada sel primata pada 2005 di tengah wabah SARS.
Namun, obat itu tidak pernah benar-benar digunakan sebagai pengobatan karena penyakit itu sudah terkendali.
Demikian dikatakan Dr Len Horovitz, seorang ahli paru dan ahli penyakit dalam di Lenox Hill Hospital mengatakan kepada The Post.
"Tidak ada alasan untuk menggunakannya pada waktu itu tetapi melihat ke belakang,ada kesempatan"
"obat itu dapat digunakan untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi atau sebagai pengobatan virus corona," kata Horovitz.
"Jika Anda memutuskan untuk menggunakan chloroquine, bukan berarti Anda harus meninggalkan semua metode pencegahan, termasuk social distancing," katanya.
Chloroquine dan hydroxychloroquine juga termasuk di antara empat perawatan yang diuji klinis internasional oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
2. Remdesivir
Remdesivir awalnya diuji sebagai obat Ebola.
Sebagai obat antivirus eksperimental Gilead Sciences, Remdesivir telah terbukti ampuh melawan SARS dan MERS, dua virus corona lainnya.
Obat ini bekerja dengan mematikan kemampuan virus untuk mereplikasi sel dalam.
Beberapa uji coba sedang dilakukan untuk mengevaluasi obat di China dan negara-negara lain.
Di AS, bulan Februari lalu, National Institutes of Health memulai uji coba secara acak untuk pengobatan COVID-19 menggunakan antivirus ini.
3. Favipiravir (Avigan)
Avigan, obat anti-flu asal Jepang yang dikembangkan oleh anak perusahaan fotografi Fujifilm.
Obat ini telah memberikan hasil yang menggembirakan dalam uji klinis virus corona di China.
Pasien yang diberi avigan di Shenzhen dinyatakan negatif corona setelah rata-rata empat hari positif.
Data itu dibandingkan dengan rata-rata 11 hari mereka yang tidak diberi obat, kata penyiar publik Jepang NHK.
Hasil scan pada dada mendukung temuan tersebut.
Ditemukan lebih sedikit kerusakan pada mereka yang menggunakan obat.
Tetapi beberapa pejabat mengatakan obat itu mungkin tidak efektif pada orang yang sudah sakit parah.
4. llpinavir and Ritonavir
Penelitian laboratorium mengusulkan obat HIV Kaletra, yang merupakan kombinasi antivirus lopinavir dan ritonavir, bisa efektif mengobati COVID-19.
Obat-obatan itu masuk dalam kelas protease inhibitor, yang obat yang memblokir enzim kunci yang membantu replikasi virus.
Studi sebelumnya menemukan, campuran itu dapat membantu mencegah SARS agar tidak matang dan bereplikasi.
Dokter di Thailand dan Jepang melaporkan penggunaan lopinavir dan ritonavir telah berhasil mengobati beberapa kasus virus corona.
Tetapi berdasarkan penelitian terbaru di China, 200 pasien yang sudah sakit parah menemukan, obat itu tidak memiliki efek signifkan.
Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul Kabar Gembira 100 Ribu Tablet Obat Untuk Pasien Virus Corona Segera Disalurkan
Source | : | Kaltim.tribunnews.com |
Penulis | : | Siti Afifah |
Editor | : | Siti Afifah |
KOMENTAR