"Kalau Delis dikatakan korban bullying itu tidak ya. Sesuai keterangan pihak sekolah oleh guru dan kepala sekolahnya mengatakan panggilan itu (bau lontong) ke korban hanya nama lain (alias atau nama samaran) selama ini. Soalnya ibunya menjual lontong," jelas Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya Budiaman Sanusi kepada wartawan di kantornya, Selasa (4/2/2020).
Dia mengaku, pihaknya telah mengawasi proses belajar mengajar di setiap sekolah.
Sehingga, kejadian bullying tidak pernah terjadi di Tasikmalaya.
Selain itu, para tenaga pengajar juga diharuskan untuk mengetahui kondisi muridnya selama di sekolah.
"Jadi guru harus tahu keadaan murid, apa ada perubahan atau tingkah lakunya selama ini di sekolah. Jadi bukan hanya tugas mengajar saja," kata dia.
Budiaman meminta kepada seluruh orangtua siswa SMPN 6 Tasikmalaya untuk tidak resah dengan kejadian tersebut.
Baca Juga: Ajaib! Tanpa Operasi, Batu Ginjal Ternyata Bisa Keluar Sendiri Hanya Dengan Konsumsi 5 Makanan Ini!
"Saya minta kepada orangtua siswa untuk tak resah dan gundah atas kejadian ini. Kami sudah sampaikan ke seluruh sekolah dasar dan menangah pertama di Kota Tasikmalaya, kalau hujan saat bubar sekolah murid-muridnya diawasi apakah sudah pulang ke rumah atau belum," pungkasnya.
Fakta Delis Sulistina, Si Periang yang Ingin jadi Polwan
Delis Sulistina (13), siswi Kelas VII SMPN 6 Tasikmalaya sempat menulis catatan berisi curahan hatinya (cuhat).
Catatan itu ia tulis saat lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD) atau setahun sebelum gadis itu ditemukan tewas di gorong-gorong sekolahnya.
Dari catatan tersebut terungkap beberapa fakta kisah Delis Sulistina semasa hidupnya.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Baca Juga: Siapa Sangka Cuma dengan Minum Air Rebusan Kelapa, Tubuh Akan Rasakan 8 Hal Mencengangkan Ini!
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR