Sebelumnya, Zahra dirawat di pusat kesehatan, namun ketika kembali ke rumahnya, kondisinya semakin buruk.
Tanpa uang, orangtuanya tidak mampu menyewa mobil atau sepeda motor membawa Zahra kembali ke klinik.
Padahal menurut Mekkiya Mahdi, kepala pusat kesehatan, jika mereka tidak membawa Zahra kembali ke klinik, Zahra bisa meninggal dunia.
Baca Juga : [Video] Makan Siang Pasti Jadi Makin Lahap Kalau Ada Semangkuk Bakso Ayam Komplet, Intip Resepnya Berikut
"Kami berada di abad 21, tetapi karena perang, kondisinya jadi seperti ini,” kata Mahdi.
Setelah Mahdi berkeliling desa dan melihat semua orang hidup dari pasta daun, dia mengaku shock.
"Ketika saya pulang dan saya tidak bisa memasukkan makanan ke mulut saya. Saya sangat terpukul melihat kondisi mereka.”
Kelaparan yang semakin memburuk di Aslam adalah tanda kesenjangan dalam sistem bantuan internasional yang sudah kewalahan dan di bawah tekanan dari pemerintah setempat.
Akibatnya satu-satunya bantuan yang di dapat adalah dari rakyat Yaman sendiri atau kematian karena kelaparan akan meluas di negara lain.
Dalam enam bulan pertama tahun ini, provinsi Hajjah, di mana Aslam berada, mencatat ada 17.000 kasus kekurangan gizi akut parah, lebih tinggi daripada dalam catatan setahun penuh, kata Walid al-Shamshan, kepala bagian gizi Kementerian Kesehatan di provinsi itu.
Anak-anak yang kekurangan gizi yang sebelumnya dirawat kembali ke klinik dalam kondisi yang lebih buruk, jika mereka berhasil kembali.
Baca Juga : Sempat Koma Hingga 5 Bulan, Penyakit yang Renggut Nyawa Sukma Ayu Bisa Dipicu Makanan Enak Ini
"Kematian terjadi di desa-desa terpencil di mana orang-orang tidak dapat mencapai unit kesehatan," kata al-Shamshan.
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
KOMENTAR