SajianSedap.com - Permintaan daging sapi menjelang lebaran biasanya meningkat pesat.
Hal ini tak lain lantaran masyarakat cenderung memasak hidangan dengan daging untuk keluarga.
Hal ini membuat harga daging sapi melonjak tajam.
Selai harga hal yang patut diwaspadai adalah adanya daging sapi gelonggongan.
Daging sapi gelonggongan sendiri merupakan daging sapi yang berasal dari sapi yang sudah diberi cairan atau dengan istilah digelonggong air.
Tentu saja tujuannya untuk menambah berat dari daging sapi tersebut.
Nah agar Anda tidak tertipu ada beberapa tips yang bisa Anda perhatikan.
Ruspeni Daesusi, Dosen Biologi UM Surabaya menjelaskan agar masyarakat bisa membedakan daging sapi segar atau gelonggongan, Susi memberikan berbagai tips.
Menurut Susi, daging sapi berkualitas memiliki kriteria berdasarkan warna, tekstur, dan aroma.
“Daging berkualitas berwarna merah cerah, beraroma khas tidak masam atau tidak busuk, karkas atau teksturnya kenyal, kesat padat, tidak berlendir, tidak kaku dan lengket dan bila ditekan maka akan kembali ke bentuk semula,” tuturnya seperti dilansir dari laman UM Surabaya.
Susi menjelaskan, praktik pengglonggongan adalah memasukkan air dengan arus cukup tinggi melalui mulut sapi secara paksa menggunakan selang.
Baca Juga: 3 Cara Ampuh Mencegah Ular Masuk Rumah Ketika Ditinggal Mudik, Tak Perlu Tabur Garam Di Depan Pintu
Hal ini bertujuan agar bobot sapi meningkat.
Terdapat dua waktu penggolonggan yang dilakukan oleh oknum, yakni sebelum sapi diperjualbelikan atau sebelum dilakukan penyembelihan.
“Hal ini tentu saja menyebabkan daging sapi memiliki kadar air yang tinggi. Kadar air pada daging sapi normal berkisar 60 persen akan meningkat menjadi sekitar 80%. Kandungan air yang tinggi menyebabkan pigmen oksimioglobin yang menghasilkan warna merah segar menjadi terhidrolisis, sehingga daging menjadi pucat atau kusam,” jelas Susi.
Berbeda dengan daging sapi segar yang kesat padat, tekstur daging gelonggongan lembek, tidak kesat atau padat, dan berair.
Kerusakan tekstur daging gelonggongan ini membuatnya sulit diolah menjadi aneka makanan, misalnya bakso, nuget, abon, atau bentuk olahan daging lainnya.
Selain itu, bila dipotong, daging gelonggong tidak menghasilkan bentuk potongan yang padat.
Kandungan air yang tinggi pada sel-sel daging menyebabkan daging sapi gelonggongan menjadi sarang bakteri Salmonella typhosa, Clostridium, dan bakteri lainnya yang berbahaya bagi manusia.
Oleh karena itu, daging tidak bisa bertahan dalam suhu ruang apabila lebih dari enam jam.
Bila lebih dari itu, aroma daging menjadi tidak sedap (masam), warna menghitam, dan membusuk oleh kehadiran bakteri.
Di sisi lain, daging sapi normal masih bisa bertahan selama waktu tersebut.
“Selain itu, apabila direbus atau dipanaskan, air berlebihan yang tersimpan dalam daging akan keluar dari selnya, sehingga daging mengalami penyusutan. Bahkan ada penelitian yang menyatakan bahwa pada daging gelonggong terjadi denaturasi protein,” jelasnya.
Baca Juga: Momen Bersantap Saat Lebaran Bisa Kurang Lengkap Tanpa Resep Sambal Kentang Daging Ini
Maka untuk mengantisipasi hal ini, kita harus teliti memilih daging sapi.
Sebaiknya memilih daging sapi yang digantung.Pasalnya, daging sapi yang digantung lebih memudahkan kita untuk melihat kecerahan warna dan kesegaran tekstur.
"Pilih yang warnanya cerah tidak kusam, apalagi menghitam. Tak lupa juga, pilih yang kenyal, yaitu jika dipijat maka akan kembali bentuknya,” tambahnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan, sapi gelonggong akan meneteskan air jika digantung.
Maka, waspadai daging yang dibiarkan di atas meja jualan.
Meskipun begitu, tidak semua daging yang diletakkan di meja berasal dari gelonggong.
Namun, memang sebaiknya memilih daging yang digantung saja.
Terakhir, perhatikan aroma daging.
Pasalnya, daging sapi segar tidak akan tercium bau masam.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pakar UM Surabaya: Cara Membedakan Daging Sapi Segar dan Gelonggongan
Baca Juga: Serasa Jadi Barista Coffee Shop Terkenal Kalau Tahu 1 Hal Penting Ini Saat Menyeduh Kopi
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR