SajianSedap.com - Tahun Baru Imlek sudah di depan mata. Ini adalah tahun baru dalam sistem penanggalan China yang diperingati oleh orang Tionghoa seluruh dunia.
Di Indonesia, Imlek telah ditetapkan sebagai hari libur nasional dan pada tahun 2024 ini dirayakan pada tanggal 10 Februari.
Masyarakat tionghoa di Indonesia menyambut dengan suka cita perayaan ini, mulai dari menghias rumah dengan pernak-pernik khas cina dan bersiap untuk membuat kuliner khas imlek.
Kuliner khas Imlek di Indonesia sangatlah beragam, dari kue keranjang sampai mie panjang umur.
Salah satu yang tak kalah populer di kalangan orang Tionghoa adalah Yusheng atau Yee Sang, sebuah makanan yang dihidangkan di sebuah piring besar berisi potongan kol, timun, wortel, lobak, manisan jeruk dan potongan daging ikan.
Makanan ini memiliki makna yang mendalam dalam menyambut tahun baru, mulai dari isiannya hingga tata cara makannya.
Yusheng akan dihidangkan di meja dan seluruh anggota keluarga memakannya bersama-sama sambil mengucapkan doa dengan suara keras.
Lantas darimanakah tradisi makan yusheng ini berasal dan mengapa begitu populer di kalangan Tionghoa di Indonesia?
Untuk menjawabnya, simak berikut ini selengkapnya!
Tradisi ini berasal dari pesisir Guangzhou, para nelayang di daerah tersebut merayakan hari ke-7 tahun baru Imlek dengan berpesta hasil tangkapan ikan.
Pada masa penjajahan Inggris di semenanjung malaka, tradisi ini dibawa oleh pendatang dari Cina.
Tradisi ini berkembang di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
Indonesia juga memiliki versi Yusheng sendiri yang berasal dari masakan hakka khas Bangka, yaitu “Ng-sang”.
Ng-sang khas Bangka terbuat dari potongan halus ikan mentah dan diaduk dengan saus kacang dan sayur-sayuran.
Dulunya, makanan ini hanya dihidangkan pada saat imlek, namun sekarang sudah menjadi makanan yang bisa disajikan kapan pun.
Yee sang berasal dari frase “yu sheng” yang berarti ikan segar alias mentah (“yu”: ikan; “sheng”: mentah).
Istimewanya, “yu sheng” yang berarti ikan mentah dilafalkan secara persis dengan “yu sheng” yang berarti kelimpahan hidup.
Dengan demikian, salad yee sang di hari raya Imlek mewakili harapan akan kelimpahan hidup di tahun yang baru.
Keluarga dan kerabat dekat yang hendak menyantap salad yee sang akan mengitari meja makan dengan sumpit di tangan.
Lalu, mereka akan mengangkat bahan salad tinggi-tinggi dengan sumpit masing-masing secara bersamaan.
Praktik itu semakin tampak seru karena setiap orang wajib meneriakkan “lo hei” yang berarti “angkat bersama”, sekaligus simbolisasi harapan agar “sukses bersama”.
Semakin tinggi Anda mengangkatnya, maka semakin baik.
Baca Juga: Bukan Sembarang Camilan, Begini Makna Kuaci Dalam Sajian Imlek, Wajib Ada Walaupun Sederhana
Sebetulnya, tradisi yee sang tidak mematok pakem spesifik mengenai jenis daging ikan yang disajikan.
Mengutip News 24, ketika salad yee sang mulai naik daun di Singapura, sebagian besar tamu restoran menginginkan salmon sebagai ikan suguhan.
Tak heran, kini banyak hotel yang menyajikan salad yee sang menggunakan ikan salmon, termasuk hotel-hotel di sekitar Jakarta.
Hal ini berlaku pada versi autentik seremoni salad yee sang, mengacu pada mitologi kuno China.
Dalam kisah mitologi itu, hari ketujuh pada bulan pertama kalender Lunar China menjadi istimewa, dikutip dari China Daily.
Sebab, di hari itulah Nuwa, dewi pencipta dunia, menciptakan manusia Namun, seiring perkembangan zaman, hal ini seringkali dikesampingkan atau bahkan tidak lagi disadari.
Baca Juga: Resep Tahu Goreng Isi Rebung yang Lezat Ini Bisa Jadi Pilihan untuk Camilan di Tahun Baru Imlek
Source | : | goodnewsfromindonesia,Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR