Selain soal standar atau sertifikat, khasiat dari Jamu pun turut dipertanyakan.
Pada masa penjajahan Jepang, sekitar tahun 1940-an, tradisi minum kamu kembali populer karena telah dibentuknya komite Jamu Indonesia.
Dengan begitu, kepercayaan khasiat terhadap jamu kembali meningka.
Jamun sendiri biasanya dijual secara tradisional.
Di daerah Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah, diyakini sebagai salah satu pusat tradisi jamu.
Di kota ini pula wanita penjual jamu yang disebut ‘Mbok Jamu’ berasal.
Berjalannya waktu, penjualan jamu pun menyesuaikan dengan teknologi, diantaranya telah banyak dikemas dalam bentuk pil, tablet, atau juga bubuk instan yang mudah diseduh.
Saat itu berbenturan dengan menurunnya kondisi pertanian Indonesia yang mengakibatkan beralihnya ke dunia industri termasuk industri Jamu.
Tahun 1974 hingga 1990 banyak berdiri perusahaan jamu dan semakin berkembang.
Pada era itu juga ramai diadakan pembinaan-pembinaan dan pemberian bantuan dari Pemerintah agar pelaku industri Jamu dapat meningkatkan aktivitas produksinya.
Selain itu, jamu juga dipercaya berasal dari dua kata Jawa Kuno, Djampi yang bermakna penyembuhan dan Oesodo yang bermakna kesehatan.
Istilah Jamu diperkenalkan ke publik lewat orang-orang yang dipercaya punya ilmu pengobatan tradisonal.
Mesti tak bersetifikat, khasiat Jamu telah teruji oleh waktu secara turun-temurun digunakan sebagai obat tradisional.
Sehingga hingga saat ini, minuman berkhasiat khas Indonesia ini selalu terjaga keberlangsungannya.
Warisan nenek moyang yang tetap dijaga sampai kapan pun.
Nah sekarang Sase Lovers sudha tahu kan sejarah jamu seperti apa.
Yuk lestarikan jamu sebagai salah satu warisan budaya takbenda yang harus dijaga dan dilestarikan.
Baca Juga: Resep Ayam Pelalah, Kuliner Khas Lombok Super Sedap Favorit Keluarga
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR