Kendati kini banyak pesaing minuman bersoda dari luar neger, kata Panggabean, "Kami masih memiliki pasar tersendiri sampai hari ini.”
Per botol Cap Badak harganya Rp 8 ribu.
Dikutip dari Kompas.com, Elman Tanjung (89) yang berkarier dari mulai pegawai rendahan pada 1938 hingga menjadi Direktur NV Ijs Fabriek Siantar mengatakan juga tak tahu asal muasal nama Badak.
"Soal nama Badak saya tidak tahu persis. Setahu saya, Surbeck adalah sarjana teknik kimia yang juga pencinta alam. Ia memiliki banyak koleksi tumbuhan dan hewan kering. Saya menduga nama Badak diambil karena kecintaannya kepada alam," kata Tanjung (89).
Tanjung mengatakan, pabrik minuman ini berkembang pesat.
Orang Medan kadang menyebut "sarsi" untuk minuman, kependekan dari sarsaparila.
Tanjung berkisah, pada zaman dahulu, selain minuman bersoda, NV Ijs Fabriek Siantar juga memproduksi sari buah markisa yang diekspor ke sejumlah negara, seperti Swiss, Belanda, dan Belgia, dengan merek Marquisa Sap.
Akan tetapi, produksi ini kemudian terhenti. Ketika pendudukan Jepang, pabrik ini masih bertahan.
Penjajah Jepang menempatkan seorang wakilnya saat mengelola perusahaan ini.
Pabrik tetap beroperasi seusai kemerdekaan.
Akan tetapi, situasi kemudian berubah ketika Heinrich Surbeck dibunuh oleh laskar rakyat yang memberontak melawan Belanda seusai Proklamasi Kemerdekaan.
Baca Juga: Pasti Nikmat! 5 Makanan Indonesia Ini Identik dengan Sambal Kacang
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
KOMENTAR