SajianSedap.com - Cabai rawit bisa jadi cabai yang cukup pedas bagi masyarakat Indonesia.
Bahkan ada jenis cabai setan yang rasa pedasnya ini biasanya cukup menyerang lidah.
Namun cabai rawit masih kalah pedas dengan cabai satu ini.
Cabai Pepper X dinobatkan sebagai cabai terpedas di dunia.
Bahkan cabai ini mengalahkan cabai Carolina Reaper yang sempat dinobatkan sebagai cabai terpedas oleh Guiness World Record selama 10 tahun.
Bagi penggemar pedas tentu saja penasaran mengenai rasa pedasnya bukan?
Dilihat dari skala kepedasaannya atau Scoville Heat Unit (SHU), Pepper X memiliki tingkat kepedasan hampir 2 kali lipat dari Carolina Reaper.
Cabai ini memiliki tingkat kepedasan sebesar 2.693.000 Scoville Heat Unit (SHU).
Skala Scoville ini pada dasarnya adalah pengukuran konsentrasi capsaicin pada cabai.
Tingkat kepedasan tersebut, seperti dikutip dari IFL Science, Kamis (19/10/2023) mengalahkan cabai Carolina Reaper yang rata-rata memiliki SHU 1,64 juta.
Sementara itu cabai rawit merah tingkat kepedasananya hanya 100.000 - 225.000 SHU (Scoville heat unit).
Wah penggemar cabai rawit masih mau coba tidak ya?
Lantas bagaimana cabai Pepper X ini akhirnya ini muncul?
Repper X ditanam oleh Ed Currie, pembudidaya cabai legendaris dan pendiri PuckerButt Pepper Company.
Currie menjelaskan bagaimana ia mengembangkan cabai baru tersebut melalui pembiakan selektif selama 10 tahun.
Ia menggabungkan cabai dengan kualitas paling pedas lalu dengan sabar menunggu hibrida tersebut menjadi stabil dengan sifat yang dapat diprediksi dan buah yang konsisten.
Pepper X sebenarnya sudah menjadi bahan perbincangan sebagai cabai terpedas selama beberapa tahun, namun baru sekarang cabai ini mendapatkan predikatnya sebagai yang terpedas.
"Seluruh waktu dan upaya yang kami lakukan di pertanian untuk memastikan cabai ini stabil dan menjadi cabai terpedas di dunia kini telah tervalidasi," ungkap Currie.
Lantas bagaimana rasa Pepper X ini?
Melansir NPR, Currie juga menggambarkan bagaimana rasanya memakan Pepper X utuh.
Menurutnya akan terjadi sensasi pedas hebat yang langsung terjadi.
Baca Juga: Cara Murah Atasi Daun Tanaman Cabai yang Menguning, Yang Sering Tanam Bisa Coba Trik Ini
Sensasi itu bisa dirasakan di kepala, lengan dan bahkan dada.
Currie adalah salah satu dari hanya lima orang yang pernah memakan satu buah Pepper X.
"Saya merasakan pedasnya selama tiga setengah jam. Kemudian kram datang," kata Currie kepada Kantor Berita Associated Press.
"Kram itu sangat mengerikan. Saya merasa seperti orang gila," sambung dia.
Currie mengatakan, Pepper X adalah hasil persilangan antara Carolina Reaper dan "cabai yang dikirim oleh seorang teman dari Michigan, dan sangat pedas.
Senyawa aktif cabai yang memberi rasa pedas adalah capsaicin.
Senyawa itu bertindak sebagai bahan pengiritasi kimia dan tanaman tertentu mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan senyawa ini untuk mencegah hewan memakannya.
Namun, manusia ternyata telah mengembangkan selera terhadap senyawa tersebut, di mana seseorang bisa mengalami aliran endorfin ketika mengonsumsinya dalam jumlah yang tepat.
Lebih lanjut kesalahpahaman yang umum terjadi adalah bahwa sebagian besar capsaicin ditemukan dalam biji cabai, namun justru yang paling melimpah adalah di jaringan plasenta yang menampung bijinya.
Capsaicin juga ditemukan dalam konsentrasi tinggi di sepanjang lapisan tipis yang melapisi bagian dalam cabai.
Sementara itu, Skala Scoville pada dasarnya adalah pengukuran konsentrasi capsaicin.
Untuk menguji kepedasan cabai, larutan ekstrak cabai diencerkan dengan air gula lalu dicicipi oleh panel pencicip.
Penurunan konsentrasi ekstrak diberikan ke panel sampai sebagian besar tidak dapat lagi mendeteksi pedas dalam pengenceran.
Pertanyaannya, akankah gelar Pepper X dikalahkan di tahun-tahun selanjutnya?
Diperlukan waktu beberapa tahun untuk membiakkan, menyempurnakan, dan menstabilkan pesaing barunya.
Namun segala sesuatu bisa saja terjadi.
Bagaimana tertarik mencobanya Sase Lovers?
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pepper X Dinobatkan sebagai Cabai Terpedas di Dunia
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR