Andaliman jadi elemen yang begitu penting di banyak sajian khas tanah Batak.
“Penggunaan andaliman ini juga yang membedakan kuliner Batak dengan kuliner daerah lainnya. Kecuali di Tanah Gayo (Aceh Tengah) yang juga masih satu rumpun dengan Batak, andaliman tidak digunakan di kuliner daerah lainnya,” jelas Rahung Nasution, pakar kuliner Batak pada Kompas.com, Sabtu (25/7/2020).
Andaliman juga jadi salah satu elemen rasa pembentuk kuliner Batak.
Menurut Rahung, kuliner Batak pada dasarnya terbentuk dari tiga cita rasa utama yakni asin, asam, dan pedas. Hal ini sama seperti kuliner daerah lainnya di Indonesia.
Perbedaannya, unsur pedas dalam kuliner Batak tak hanya terbentuk dari penggunaan cabai saja tapi juga dari penggunaan andaliman.
“Tiga rasa utama tadi juga merepresentasikan kepercayaan leluhur Batak dan juga kosmologi Batak,” terang Rahung.
Nenek moyang orang Batak yakin bahwa semesta ini diciptakan oleh Ompu Mulajadi Nabolon yang mewujud dalam tiga debata utama Batara Guru, Soripada, dan Mangalabulan.
“Di mana ketiga debata tersebut berkuasa atas tiga dimensi ruang Banua Atas, Banua Tengah, dan Banua Bawah,” sambung Rahung.
Ketiga rasa utama tadi—asin, asam, dan pedas—juga jadi representasi struktur sosial masyarakat Batak yang disebut Dalihan Natolu atau tiga tungku batu.
Dalihan Natolu ini adalah hubungan kekerabatan antar individu dalam masyarakat Batak.
Konsep ini bisa digambarkan seperti segitiga sama sisi, dengan masing-masing sisi terdiri dari Mora (pemberi anak gadis), Kahanggi (kerabat satu marga), dan Anak Boru (penerima anak gadis).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengenal Andaliman, Merica Batak yang Hanya Tumbuh di Sumatera Utara
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR