SajianSedap.com - Buang air kecil adalah hal alami yang akan dilakukan tubuh.
Kebutuhan satu ini guna untuk membuang zat atau limbah yang tidak diperlukan oleh tubuh.
Frekuensi dan waktu kebutuhan kencing tiap orang juga berbeda-beda.
Namun ketika waktunya tubuh ingin buang air, beberapa orang menahan kencing karena beberapa alasan.
Pada orang dewasa yang sehat, sesekali menahan kencing tidak akan menimbulkan masalah, tetapi mungkin ada beberapa efek yang tidak diinginkan jika menjadi kebiasaan.
Melansir dari Medical News Today, ketika kandung kemih terisi sekitar setengahnya dengan cairan, ia mengirimkan sinyal ke otak bahwa sudah waktunya untuk buang air kecil.
Otak menciptakan keinginan untuk buang air kecil sambil menyuruh kandung kemih untuk menahan.
Terkadang tak masalah ketika perlu menahan kencing. Mungkin sulit untuk mengakses kamar kecil atau mungkin karena alasan lain yang sifatnya situasional.
Namun, ketika dilakukan terus menerus dan menjadi kebiasaan, ini akan mendatangkan beberapa masalah.
Tidak hanya menyebabkan batu ginjal seperti yang orang ketahui, beberapa penyakit bahaya juga mengintai.
Apa itu? Simak selengkapnya berikut ini.
Bahaya Menahan Kencing
Kebiasaan ini dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan berikut ini.
1. Batu ginjal
Menahan kencing dapat menyebabkan batu ginjal terbentuk pada orang dengan riwayat kondisi tersebut, atau orang yang memiliki kandungan mineral tinggi dalam urinenya.
Hal ini disebabkan, air kencing sering kali mengandung mineral, seperti asam urat dan kalsium oksalat.
2. Kram panggul
Orang yang sering mengabaikan keinginan untuk buang air kecil mungkin merasakan sakit di kandung kemih atau ginjal.
Ketika seseorang akhirnya mencapai kamar mandi, buang air kecil juga bisa terasa sakit.
Otot-otot juga mungkin tetap sebagian mengepal setelah urine dilepaskan sehingga dapat menyebabkan kram panggul.
3. Infeksi saluran kemih
Dalam beberapa kasus, menahan kencing terlalu lama dapat menyebabkan bakteri berkembang biak. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
Memang belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa menahan kencing menyebabkan infeksi saluran kemih, tetapi banyak dokter menyarankan untuk menghindarinya, terutama jika seseorang memiliki riwayat infeksi saluran kemih.
Orang yang tidak minum cukup cairan lebih mungkin mengalami ISK karena kandung kemih tidak memberi tahu tubuh untuk cukup sering buang air kecil.
Hal ini dapat menyebabkan bakteri menyebar melalui saluran kemih sehingga menyebabkan infeksi.
Adapun beberapa gejala infeksi saluran kemih adalah sebagai berikut.
- perasaan terbakar saat buang air kecil
- nyeri di panggul atau perut bagian bawah
- dorongan konstan untuk mengosongkan kandung kemih
- urine yang beraroma kuat atau berbau busuk
- urine keruh dan tidak berwarna-
- urine berwarna gelap secara konsisten
- kencing berdarah
4. Peregangan kandung kemih
Dalam jangka panjang, menahan kencing secara teratur dapat menyebabkan kandung kemih meregang.
Ini mungkin membuat kandung kemih sulit atau tidak mungkin untuk berkontraksi dan mengeluarkan kencing secara normal.
Jika seseorang memiliki kandung kemih yang meregang, tindakan ekstra, seperti kateter, mungkin diperlukan.
5. Kerusakan otot dasar panggul
Sering menahan air seni dapat membahayakan otot-otot dasar panggul.
Salah satu otot ini adalah sfingter uretra, yang menjaga uretra tetap tertutup, untuk mencegah urine bocor keluar.
Merusak otot ini bisa menyebabkan inkontinensia urine.
Melakukan latihan dasar panggul seperti Kegel dapat membantu memperkuat otot-otot ini dan mencegah kebocoran.
Warna Urine Normal
Dilansir dari Mount Sinai, jumlah urine normal per hari berkisar antara 800 mililiter sampai 2.000 mililiter (asupan cairan yang masuk sekitar 2 liter per hari).
Jumlah urine bisa berkurang ketika tubuh kekurangan cairan atau ada masalah pada ginjal.
Sebaliknya, jumlah urine bisa meningkat karena terlalu banyak minum, diabetes, konsumsi obat tertentu, atau penyakit ginjal.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jangan Sepelekan, Menahan Kencing Bisa 5 Berbahaya Ini
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR