SajianSedap.com - Ibu-ibu sedang dibuat pusing dengan harga minyak goreng yang meroket naik.
Pasalnya, minyak goreng digunakan hampir setiap hari untuk kebutuhan di dapur.
Alhasil, minyak goreng promo pun jadi incaran dimana-mana.
Tapi kita sebagai pembeli juga harus berhati-hati.
Soalnya, ada minyak goreng yang kelihatan jernih padahal sebenarnya bahaya banget.
Efeknya pun bisa bikin seisi rumah sakit kalau sampai kita pakai.
Sering Dijual Lagi Oleh Pedagang Nakal
Penggunaan minyak goreng untuk memasak akan menimbulkan dampak samping berupa limbah minyak goreng atau orang kerap menyebutnya sebagai minyak jelantah.
Meski sudah berupa limbah, minyak jelantah ternyata masih memiliki harga enokomis cukup tinggi.
Hal ini karena adanya proses daur ulang jelantah menjadi minyak goreng yang kemudian dijual kepada para pengusaha makanan khususnya, dengan harga lebih murah dibanding minyak goreng segar atau baru.
Padahal penggunaan minyak goreng hasil daur ulang maupun minyak jelantah ini sangat berbahaya bagi kesehatan.
Dalam Jurnal Biomass and Bioenergy (2009), ahli dari Departemen Teknologi Kimia dan Lingkungan di Universidad Rey Juan Carlos, Spanyol, Luis Fernando Bautista dkk., menyatakan minyak jelantah yang dipakai untuk menggoreng berkali-kali dapat merusak kesehatan tubuh manusia.
Bahkan, minyak jelantah yang sering digunakan sebagai tambahan pakan ternak tetap berpotensi menimbulkan masalah kesehatan pada manusia.
Maka dari itu, sejak 2002, negara-negara Uni Eropa sudah melarang penggunaan minyak jelantah sebagai tambahan pakan ternak.
Lebih berbahaya lagi, penggunaan minyak jelantah ini bahkan bisa menyebabkan kanker.
Dalam European Journal of Lipid Science and Technology (2007), peneliti dari Brandeis University, Waltham, Amerika Serikat, Kenneth C. Hayes dkk., mengungkap pemakaian minyak jelantah yang berulang-ulang akan meningkatkan gugus radikal peroksida yang mengikat oksigen, sehingga mengakibatkan oksidasi terhadap jaringan sel tubuh manusia.
Apabila hal itu terus berlanjut, niscaya akan mengakibatkan kanker.
Dijelaskan juga, yang dimaksud dengan minyak jelantah adalah minyak goreng yang dipakai untuk menggoreng bahan makanan dalam satu proses penggorengan bahan makanan, lalu disimpan beberapa waktu lalu untuk kemudian digunakan lagi untuk menggoreng.
Tak hanya di sektor bisnis atau industri, hal semacam ini dikatakan cukup lazim pula dilakukan di dalam skala rumah tangga.
Minyak yag digunakan pun bermacam-macam, ada yang terbuat dari kelapa, kelapa sawit, atau jagung.
Pada hakikatnya sebagian besar minyak goreng memang terbuat dari tumbuhan atau bahan nabati, dan yang paling digunakan di Indonesia adalah minyak goreng yang terbuat dari kelapa sawit.
Minyak goreng yang sudah dipakai itulah yang disebut minyak jelantah.
Bahaya Taruh Minyak Goreng di Samping Kompor
Dilansir dari thesun.co.uk, anda mungkin harus menjaga jarak bahan pokok dapur yang cukup jauh dari kompor.
Jika anda menyimpan bahan pokok dapur di sebelah kompor, itu bisa merusak rasanya.
Pakar memasak di Good Housekeeping Institute (GHI) telah mengungkapkan bahwa menyimpan minyak goreng seperti minyak zaitun di tempat yang hangat dan terang (seperti di dekat kompor) dapat menyebabkan rasa mustier atau tengik yang akan menjadi tengik seiring waktu.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Untuk melindungi rasa minyak, anda harus menyimpannya di tempat yang gelap dan sejuk, dengan tutup yang terpasang rapat.
Oksigen, cahaya, dan panas adalah tiga musuh utama minyak goreng, menurut GHI menaruh di posisi di samping kompor bukanlah ide yang baik.
Dan mengira minyak zaitun yang ditaruh di samping kompor akan tahan lama juga salah.
Minyak zaitun tidak menjadi lebih baik seiring bertambahnya usia dan harus dipastikan menyimpan dalam wadah yang benar dalam waktu enam bulan, sebelum rasanya mulai memburuk.
Namun, botol yang belum dibuka dapat bertahan hingga dua tahun jika anda menyimpannya antara 14 derajat C dan 18 derajat C dan di tempat yang gelap.
GHI juga menyarankan bahwa minyak zaitun extra virgin tidak boleh dimasak dengannya, karena panasnya akan merusak rasanya yang kuat.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR