SajianSedap.com - Pencinta terong kini harus lebih hati-hati.
Soalnya, terong ternyata tak selamanya aman dikonsumsi, lo.
Ya, orang-orang dengan kondisi ini bahkan dilarang keras makan terong.
Soalnya, terong bisa bereaksi buruk bagi tubuh.
Hal ini pun buka hoax semata tapi sudah dibenarkan oleh ahli.
Yuk, catat sebelum nyesel belakangan.
1. Pemilik Golongan Darah O
Para ahli percaya kalau golongan darah bisa berpengaruh pada banyak hal dalam hidup manusia, salah satunya kesehatan dan faktor resiko penyakit.
Bahkan, perbedaan golongan darah ini ternyata juga memiliki respons masing-masing terhadap asupan makanan.
Teori ini dilandasi penelitian bertahan-tahun yang dilakukan oleh Dr. Peter J. D’Adamo, ahli naturopatis asal Amerika Serikat (AS).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa setiap bahan pangan memiliki reaksi berbeda terhadap golongan darah.
Di mana, bahan pangan tertentu bisa bermanfaat, tapi bisa bersifat racun bagi gologan darah lainnya.
Kondisi itu bisa terjadi karena hampir setiap bahan makanan mengandung lektin, yakni sejenis protein yang akan bereaksi dengan darah dalam tubuh.
Apabila golongan darah tidak cocok dengan lektin, akan terjadi gangguan kesehatan, seperti penggumpalan darah yang dapat memicu beragam penyakit.
Nah, salah satu sayuran yang harus diwaspadai golongan darah O adalah sayuran dari keluarga terung-terungan alias Solanacea, terutama terung dan kentang.
Kandungan lektin pada sayuran ini tergolong tinggi sehingga bisa memicu nyeri sendi dan merangsang munculnya penyakit artritis.
Sayuran dari keluarga ini yang menjadi pengecualian, yakni tomat.
Sayuran dari keluarga Solanacea ini memang mengandung lektin yakn kuat, yakni panhemaglutinan, suatu senyawa khusus yang mampu membekukan darah semua golongan darah.
Tapi, kandungan lektin ini ternyata tidak dapat dinetralkan di dalam tubuh pemilik golongan darah O.
2. Orang dengan Gangguan Pencernaan
Terong ternyata bisa memperparah kondisi gangguan penceranaan, lo.
Pasalnya, terong mengandung zat solanin yang bisa mengganggu sistem pencernaan.
Solanin yang ada pada terong juga terdapat pada kentang dan bisa menimbulkan efek yang sama.
Menurut ahli gizi dari Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institur Pertanian Bogor, Ahmad Sulaeman, terong mengandung toksikan alami yang disebut solanin yang termasuk senyawa glikoalkaloid.
Senyawa itu lah yang merupakan bagian dari mekanisme perlindungan terong terhadap serangan hama.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Kandungan Solanin yang terdapat dalam terong yaitu hanya 0,11 mg per 1 gram atau 11 mg per 100 gram, dari pada kentang.
Sedangkan terong yang memiliki kandungan solanin paling besar adalah terong muda dan terong yang dipanen dini.
Mengonsumsi terong dalam jumlah banyak juga menurut masyarakat bisa mengalami efek gastrointestinal, dari keracunan solanin tersebut.
Namun faktanya, dosis yang bisa menyebabkan keracunan solanin sekitar 2 sampai 5 mg per kg berat badan.
Bagi orang dewasa yang beranya 60 kg, dan mengonsumsi 120 hingga 300 mg solanin atau 1 kg terong ini baru akan bisa menyebabkan keracunan.
"Jadi sebenarnya untuk terong masih aman-aman saja kalau kita mengonsumsinya sebagai lalapan mentah," ungkap Ahmad Sulaeman, seperti yang dilansir dari Kompas.com.
Dirinya juga menyebutkan jika mengonsumsi terong matang lebih baik ketimbang terong mentah.
Sebab saat memasak, kandungan solanin dalam terong akan semakin berkurang.
Selain itu juga ia menyarankan untuk merebusnya terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR