Dari riset pustaka itu, Hebert Adrianto mendapatkan informasi bahwa setidaknya ada telur 16 spesies cacing yang ditemukan di berbagai macam sayuran di negara-negara tersebut.
Satu riset terhadap pedagang ikan bakar di Kota Palu, Sulawesi Tengah menemukan 39,8% dari 93 sampel daun kemangi tercemar telur cacing Soil-Transmitted Helminth (STH).
Begitu juga riset perbandingan Indonesia (Pasar Tanjungsari dan Pasar Jatinangor Sumedang) dan Malaysia menemukan adanya pencemaran telur cacing pada kubis dan selada yang dijadikan sampel.
Lalapan bisa menjadi medium penularan telur cacing ke manusia. Di negara berkembang, termasuk Indonesia, infeksi cacing merupakan masalah kesehatan yang serius dan belum diselesaikan tuntas.
World Health Organization (WHO) menyatakan telur cacing selain ditularkan melalui tanah yang menempel di tangan dan tidak dicuci bersih juga dapat ditularkan melalui sayur yang tidak dimasak, dimakan mentah (lalapan), dan tidak dicuci bersih.
Infeksi cacing STH dapat menyebabkan gejala nyeri perut, mual, hilang nafsu makan, diare, dan anemia.
Bila dibiarkan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak dan turunnya status gizi.
Pada kasus fatal infeksi askariasis, cacing dewasa Ascaris dalam jumlah banyak dapat memenuhi isi usus dan dapat keluar melalui mulut atau anus.
Referensi sayur yang tercemar telur cacing di Indonesia juga sangat sedikit, masih berkutat pada selada, kemangi, dan kubis.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR