Dilaporkan New York Times, racun dioxin itu bermula ketika negara-negara Barat melakukan upaya penyortiran sampah untuk didaur ulang.
Kebanyakan sampah itu kemudian dikirim ke luar negeri, termasuk ke Indonesia, di mana dikombinasikan dengan sampah lokal untuk diolah.
Namun, ada sampah yang tidak bisa didaur ulang, dan berakhir menjadi bahan bakar di pabrik tahu di Tropodo, desa di timur Pulau Jawa.
"Benda ini dikumpulkan dari AS dan negara lain, dan kemudian dijadikan sumber pengapian pabrik," kata Yuyun Ismawati dari Nexus3 Foundation.
Tujuan akhir dari sampah-sampah hasil penyortiran itu adalah Tropodo.
Setiap hari, sebuah truk mengangkut kertas dan plastik, dan menurunkan muatannya di pabrik tahu.
Menurut sopir truk yang bernama Fadil, dia sudah mengantarkan muatan plastik dan kertas ke industri tahu selama 20 tahun terakhir.
Warga Tripodo yang resah akan pencemaran bahan bakar plastik
Karena sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun lamanya, banyak dari warga Tropodo mengaku tidak berdaya untuk mencegah pembakaran sampah plastik tersebut.
Penulis | : | Rafida Ulfa |
Editor | : | Rafida Ulfa |
KOMENTAR