Agung Hercules Meninggal Karena Kanker Otak Stadium 4 padahal Rajin Olahraga, Makanan Ini Ternyata jadi Sebabnya
SajianSedap.com - Agung Hercules diketahui menghembuskan nafas terakhirnya pada 1 Agustus 2018 lalu.
Ia meninggal karena penyakit kanker otak stadium akhir yang menggerogoti tubuhnya.
Penyakit yang sampai buat musisi sekaligus komedian ini terlihat kurus.
Baca Juga: Para Wanita Wajib Tahu, Makan Ikan Gabus Ternyata Ampuh Menjadi Obat dari Penyakit Mematikan ini
Padahal, selama ini Agung terkenal dengan tubuh berotot nan kuat karena rajin berolahraga.
Nah ternyata, kanker otak sendiri bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya makanan.
Bahkan, makanan khas Indonesia ini jadi salah satu pemicu kanker otak.
Makanan Pemicu Kanker Otak
Setelah berjuang melawan kanker otak, Agung akhirnya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Sama seperti kanker yang lain, penyebab kanker otak belum diketahui dengan pasti.
Faktor keturunan, faktor polusi udara, kebiasaan merokok, radiasi, dan lainnya diduga bisa besarkan kemungkinan seseorang derita kanker otak.
Selain itu, ternyata ada beberapa makanan yang diduga dapat memicu munculnya kanker otak.
Sebelumnya, harus diketahui perbedaan antara pemicu dan penyebab.
Pemicu hanya memicu sel normal menjadi ganas, sedangkan penyebab adalah faktor utama seseorang terkena kanker otak.
Meski namanya pemicu, makanan ini tak boleh disepelekan karena berperan besar terhadap munculnya sel-sel kanker ganas di bagian otak.
Berikut beberapa makanan yang dapat memicu munculnya kanker otak, seperti yang dialami oleh Agung Hercules.
1. Sate
Sate adalah makanan khas Indonesia, bahkan saking populernya makanan ini terkenal pula di Belanda.
Seperti halnya makanan lain yang dibakar, sate merupakan salah satu pemicu kanker.
Semua itu karena beberapa zat berbahaya dan mematikan berupa hidrokarbon aromatik polisiklik dilapotkan memiliki efek karsinogenik, atau memicu kanker.
Nah, hidrokarbon di atas banyak ditemukan pada makanan yang diasap dan dibakar.
Selain makanan di atas, hidrokarbon aromatik polisiklik bisa didapatkan dari asap rokok, asap kebakaran, dan sumber asap lainnya.
Berbagai riset telah banyak membuktikan, hidrokarbon aromatik polisiklik itu dapat memicu kanker otak.
Tidak hanya kanker otak, zat itu juga dapat memicu kanker lambung, kandung kemih, kulit, dan berbagai kanker berbahaya lainnya.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
2. Alkohol
Ada banyak penelitian yang mengungkapkan, alkohol dapat memicu berbagai kanker ganas dan berbahaya.
Dilansir kompas.com, dalam sebuah studi, alkohol disebut sebagai penyebab pertumbuhan 7 jenis kanker, seperti kanker orofaring (bagian tenggorokan), laring, esofagus, hati, usus besar, rektum, dan payudara.
Para peneliti menemukan bahwa alkohol merusak DNA sel induk yang bertanggung jawab untuk memproduksi darah baru.
Penelitian terhadap tikus inilah yang kemudian dapat menjelaskan hubungan antara minum alkohol dan kanker.
3. Makanan yang Berjamur
Dilansir kompas.com, Dalam kasus yang jarang terjadi, beberapa jamur pada makanan dapat menghasilkan racun yang dapat membuat Anda sakit, bahkan salah satu racun telah dikaitkan dengan kanker hati.
Aflatoksin merupakan metabolit dari beberapa jenis jamur, salah satunya Aspergillus flavus.
Jamur ini dapat menjadi parasit pada kacang, pohon kacang, dan biji-bijian.
Bahayanya, hewan yang makan biji-bijian yang mengandung jamur tersebut, dagingnya juga akan mengandung aflatoksin.
Hal ini juga berlaku untuk ibu menyusui yang mengonsumsi kacang yang mengandung aflatoksin.
Sehingga ASI yang mengandung jamur dapat masuk ke tubuh bayi.
Penelitian yang dilakukan oleh May Beth Terry dari Columbia University Mailman School of Public Health, konsumsi biji-bijian akan meningkatkan risiko tumor otak tipe glioma.
Intinya, tidak semua jamur pada makanan berbahaya, tetapi para ahli mengatakan ada baiknya menjaga makanan agar tidak berjamur.
Jika Anda melihat jamur pada setiap makanan lunak atau empuk, bahkan jika itu hanya satu titik kecil.
Anggaplah semuanya sudah terkontaminasi, sehingga perlu membuangnya.
Dan tidak perlu menciumnya lagi untuk memastikan apakah itu masih "baik” atau tidak.
Menghirup spora dapat memicu reaksi-reaksi alergi dan masalah pernapasan.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR