SajianSedap.com - Social hingga Physical Distancing jadi salah satu cara Pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona di Indonesia.
Namun, hal tersebut tampaknya masih sulit terwujud.
Sejumlah ahli pun khawatir jika Indonesia bisa menjadi pusat gelombang kedua wabah corona.
Episentrum, atau pusat penyebaran, virus corona kemungkinan besar bakal semakin banyak, termasuk di Indonesia, selama vaksinnya belum ditemukan.
Pernyataan itu dikeluarkan pakar kesehatan publik yang memperingatkan, gelombang kedua wabah bisa terjadi jika publik terlalu cepat kembali ke kehidupan normal.
Direktur Jenderal Institut Vaksin Internasional di Korea, Jerome Kim, mengatakan sejumlah negara saat ini telah melonggarkan pembatasan sosial mereka.
Tak cuma Indonesia
Dikutip dari ABC Indonesia, Selasa (14/4/2020), Kim menjelaskan garis akhir dari penyebaran virus corona ini susah untuk diprediksi.
"Wabah virus corona belum bisa dikatakan berakhir sebelum betul-betul selesai. Ibarat angin yang selalu bergerak dan tanpa kita ketahui tiba-tiba menimbulkan api di belakang rumah kita," ujar dia.
Kim berujar, transmisinya bisa dengan mudah terjadi.
Dia mencontohkan bisa melalui orang yang tengah bertamasya kemudian terpapar, dan membawa pulang wabah itu ke keluarganya.
Profesor Rob Moodie dari Sekolah Kesehatan Populasi Universitas Melbourne berkata, warga harus tetap berhati-hati saat melakukan social distancing.
Pakar yang mengamati pergerakan Covid-19 di Asia dan Afrika itu menuturkan, mereka akan menuju situasi apakah orang yang sudah sembuh bisa lebih berbahaya dari wabah itu sendiri.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini.
Ahli kesehatan publik juga khawatir akan terjadi penularan yang tidak terkendali di tempat-tempat lain di Asia, sama halnya dengan di Afrika, yang artinya episentrum virus corona akan terus berpindah.
"Kemungkinan terjadinya besar," kata James Best, warga Australia yang juga profesor di Sekolah Obat Lee Kong Chian Singapura.
Dia menerangkan, negara di Asia seperti India, maupun di Afrika bisa mengalami lonjakan tak terkendali di China, Italia, hingga AS.
"Sebaiknya [untuk sekarang] kita jangan berpikir bahwa kita bisa lolos dari kemungkinan pengulangan wabah Covid-19." papar Best.
Sejumlah ahli memaparkan, negara berpopulasi padat seperti India, Indonesia, dan Filipina berada dalam posisi "rugi" karena sulit menerapkan aturan menjaga jarak dalam skala besar.
Senin pekan lalu (6/4/2020), Tim SimcovID berisi sejumlah universitas dalam dan luar negeri meluncurkan pemodelan terbaru soal Covid-19 di Tanah Air.
Dari hasil penelitian tersebut, mitigasi dengan membatasi aktivitas warga melalui penutupan fasilitas publik hanya menurunkan mobilitas warga menjadi 50 persen.
Sementara jika langkah yang lebih ketat dengan cara supresi, seperti pemberlakuan denda, maka pergerakan warga turun hingga 10 persen.
Dengan strategi supresi, perkiraan angka kematian di Indonesia bisa ditekan sampai 120.000 jiwa.
Namun jika langkah ini tidak diambil maka angka kematian bisa mencapai 1,2 juta jiwa.
Profesor Rob melihat, peningkatan kasus baru-baru ini menunjukkan semua negara harus mengambil langkah agresif untuk "memadamkan titik api".
Ia menambahkan kesuksesan setiap negara dalam melawan virus corona bergantung sepenuhnya pada kekayaan negara, pemerintah dan sistem kesehatan.
"Saya rasa kita akan menghadapi era Covid-19 jauh lebih lama dari apa yang kita kira. Kita akan mengalami gelombang kedua, ketiga atau keempat - ini yang terjadi dengan Flu Spanyol," jelasnya.
Setelah jumlah kasus meningkat meski perlahan dalam tiga bulan terakhir, Jepang mengumumkan status darurat dan bersiap menghadapi lonjakan infeksi.
Di Singapura, pemerintah memperbanyak penanganan, seperti menutup sekolah, tempat kerja, dan melaran aktivitas yang dianggap tidak penting.
Profesor Teo Yik Ying dari Sekolah Kesehatan Publik Saw Swee Hock di National University of Singapore mendeskripsikan gelombang kedua kasus wabah virus corona sebagai proses kenaikan kasus cepat yang sangat mengkhawatirkan.
"Gelombang kedua virus corona sebenarnya berasal dari orang-orang Singapura dan penduduk tetap yang baru kembali dari negara di mana terjadi penularan antar-komunitas terjadi," kata Profesor Teo.
Baca Juga: Waspada, Inilah Gejala Ringan yang Tanpa Pernah Disadari Bisa Buat Tubuh Terinfeksi Virus Corona
Ia mengatakan bahwa sistem kesehatan di Singapura dan Jepang harus siap menghadapi gelombang kedua.
Singapura menurutnya sudah mengantisipasi kenaikan jumlah infeksi.
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
KOMENTAR