SajianSedap.com - Bagaimana cara Anda memotong tumpeng?
Ternyata jangan potong puncak tumpeng,lo.
Begini cara makan tumpeng yang benar sesuai filosofinya.
Tentu, di Indonesia sangat familiar dengan tumpeng yang biasanya terdiri dari nasi kuning dan dilengkapi lauk pauk beserta sayuran.
Pasalnya, banyak perayaan di Indonesia yang menyajikan tumpeng sebagai hidangan.
Tumpeng ini bisanya disajikan diatas tampah yang terbuat dari anyaman bambu dan dialasi dengan daun pisang.
Hidangan yang berbentuk kerucut ini berasal dari tradisi masyarat di pulau Jawa, Bali, dan Madura.
Apakah Anda memotong puncak tumpeng?
Ternyata, memotong puncang tumpeng itu tidak diperbolehkan.
Hal ini karena tidak sesuai dengan filosofi tumpeng itu sendiri.
Mungkin banyak dari Anda yang tidak mengetahui filosofi tumpeng selama ini.
Lalu, memang apa arti filosofi dari tumpeng itu?
Yuk, intip dibawah ini!
Kenapa Tidak Boleh Potong Puncak Tumpeng?
Apakah Anda tahu? tumpeng dalam budaya Jawa merupakan singkatan dari kalimat 'yen meTu kudu meMPENG'.
Dilansir dari Tribun Traveller, arti tersebut jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu 'ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat'.
Selama ini cara mengonsumsi tumpeng yang banyak diketahui di masyarakat kita adalah dengan cara memotong puncaknya terlebih dahulu.
Kemudian, baru diberikan kepada orang yang paling dihormati atau disayangi.
Prosesi ini bahkan dianggap sangat penting.
Bahkan memotong tumpeng menjadi acara puncak sebuah perayaan.
"Tumpeng berasal dari Jawa, tapi terpengaruh budaya Hindu India," kata Murdjati Gardijito, peneliti di pusat studi pangan dan gizi Universitas Gadjah MAada, Yogyakarta.
Murdjati menyebutkan bahwa bentuk tumpeng yang kerucut, lebar di bawah dan runcing di atas, sebenarnya adalah representasi dari Gunung Mahameru di India.
Gunung tersebut dianggap sebagai tempat sakral, tempat bermukimnya para dewa.
"Bagian atas tumpeng terdiri hanya dari satu butir nasi. Itu adalah simbol dari Tuhan yang Maha Esa. Makin ke bawah adalah umat dengan berbagai tingkat kelakuannya. Makin banyak adalah umat yang kelakuannya tidak begitu baik, yang sempurna hanya sedikit. Makanya tidak boleh dipotong puncaknya," kata Murdjati.
Sebab, apabila memotong tumpeng dari puncaknya, justru menyalahi filosofi tumpeng yang merupakan representasi hubungan manusia dengan Tuhan.
"Kalau dipotong puncaknya berarti memotong hubungan umat dengan Tuhan. Dipotong atasnya juga lauknya tak kena," kata Murdjati.
Ia mengatakan bahwa cara memotong tumpeng sebenarnya terpengaruh oleh budaya Barat, yakni memotong kue.
"Kalau kue memang harus dipotong. Tetapi, kalau tumpeng itu makannya harus dikepung, dimakan bersama-sama," kata Murdjati.
Lalu bagaimana cara makan tumpeng yang benar?
Artikel akan berlanjut setelah video berikut ini
Cara Makan Tumpeng yang Benar
Menurut keterangan dari Murdjati, berikut cara makan tumpeng yang benar.
1. Bersama-sama, makan tumpeng menggunakan tangan dan mulai dari bawah.
2. Lalu, puncaknya akan turun hingga akhirnya puncak tersebut menjadi satu dengan dasarnya yang berarti manunggaling kawulan Gusti.
Artinya adalah Sang Pencipta tempat kembali semua mahluk.
3. Jika merasa tak mau makan tumpeng dengan tangan, menggunakan sendok diperbolehkan.
4. Jadi, makan tumpeng dari bagian bawah, tidak memotong puncak tumpeng.
Jadi bagaimana, Sase Lovers?
Apakah selama ini Anda salah memotong tumpeng?
Source | : | Tribun Travel |
Penulis | : | Farah K |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR