Prosesi ini bahkan dianggap sangat penting.
Bahkan memotong tumpeng menjadi acara puncak sebuah perayaan.
"Tumpeng berasal dari Jawa, tapi terpengaruh budaya Hindu India," kata Murdjati Gardijito, peneliti di pusat studi pangan dan gizi Universitas Gadjah MAada, Yogyakarta.
Murdjati menyebutkan bahwa bentuk tumpeng yang kerucut, lebar di bawah dan runcing di atas, sebenarnya adalah representasi dari Gunung Mahameru di India.
Gunung tersebut dianggap sebagai tempat sakral, tempat bermukimnya para dewa.
"Bagian atas tumpeng terdiri hanya dari satu butir nasi. Itu adalah simbol dari Tuhan yang Maha Esa. Makin ke bawah adalah umat dengan berbagai tingkat kelakuannya. Makin banyak adalah umat yang kelakuannya tidak begitu baik, yang sempurna hanya sedikit. Makanya tidak boleh dipotong puncaknya," kata Murdjati.
Sebab, apabila memotong tumpeng dari puncaknya, justru menyalahi filosofi tumpeng yang merupakan representasi hubungan manusia dengan Tuhan.
"Kalau dipotong puncaknya berarti memotong hubungan umat dengan Tuhan. Dipotong atasnya juga lauknya tak kena," kata Murdjati.
Ia mengatakan bahwa cara memotong tumpeng sebenarnya terpengaruh oleh budaya Barat, yakni memotong kue.
"Kalau kue memang harus dipotong. Tetapi, kalau tumpeng itu makannya harus dikepung, dimakan bersama-sama," kata Murdjati.
Lalu bagaimana cara makan tumpeng yang benar?
Artikel akan berlanjut setelah video berikut ini
Source | : | Tribun Travel |
Penulis | : | Farah K |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR