SajianSedap.com - Berawal dari keinginan mengajak kaum muda untuk melirik bidang pertanian, Sudihartono membangun Kampung Flory pada 2016 bersama penduduk Desa Jugangpangukan, Sleman, DIY.
Semula hanya berupa usaha nursery bunga hias, namun kini telah berkembang menjadi desa wisata dan menjadi salah satu destinasi wisata alternatif bagi pelancong yang datang ke wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Kampung Flory tak hanya menawarkan area wisata edukasi bagi keluarga saja, tapi juga telah menjadi tujuan wisata kuliner yang menarik bagi para pelancong saat berlibur ke Yogyakarta dan sekitarnya.
Baca Juga: Review Nasi Goreng Babat Pak Karmin Semarang, Beneran Seenak Itu?
Di kawasan yang menempati lahan seluas 6 hektar ini, terdapat 4 area makan dengan konsep berbeda, yang dilengkapi wahana wisata menarik.
Sang pemilik, Sudihartono (38), mengaku, ia membangun Kampung Flory dilatari oleh keprihatinannya melihat makin sedikitnya jumlah anak muda yang tertarik pada dunia pertanian.
Ia pun termotivasi membentuk kelompok tani yang beranggotakan anak-anak muda agar kelak mereka bisa mandiri secara finansial.
Kebetulan pada 2015, banyak program bantuan dari pemerintah setempat untuk pengembangan bunga krisan.
Sudihartono pun segera membentuk Taruna Tani, yang menjadi cikal bakal Kampung Flory.
Taruna Tani dibentuk dengan visi memperbanyak tanaman bunga, sehingga bisa memenuhi kebutuhan bunga se-Yogyakarta dan sekitarnya.
Namun Sudihartono sadar betul, usaha bunga hias saja tak mungkin bisa berkembang cepat dan mencapai target omzet bulanan.
Ia pun membuat sinergi antara usaha bunga dengan kegiatan outdoor yang diminati masyarakat, seperti fasilitas outbound, yang diberinya nama Dewi Flory.
RUMAH MAKAN & FASILITAS OUTBOND
Untuk melengkapi fasilitas outbond Dewi Flory, Sudihartono menggandeng rumah makan Iwak Kalen yang menyajikan beragam menu berbahan ikan tawar.
Omzet per bulan dari wisata outbound yang dijalankannya pun melonjak hingga 10x lipat dari target.
Sejak itulah ia mulai menamai kawasan kebun bunga dan outbond ini Kampung Flory.
Pada 2016, Sudihartono memperluas Kampung Flory dengan membuka rumah makan ke-2, yang diberi nama Bali Ndeso dan menyuguhkan menu tradisional khas desa.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Ragam menu lodeh, kembul ndeso, oseng lompong, ingkung ayam, serta sajian ikan dan ayam tersedia di sini.
Untuk minuman tradisionalnya, ada teh poci dan teh serai. Selain tempat makan yang nyaman, Bali Ndeso juga dilengkapi fasilitas outbound dan spot selfie menarik.
Selang 2 tahun kemudian, Sudihartono membangun Puri Mataram sebagai bagian dari Kampung Flory.
Baca Juga: Review Tahu Gimbal Semarang dan Es Dawet Durian, Segar Banget!
Yakni lahan penanaman bunga hias sekaligus area wisata Kebun Bunga, dengan 20 titik spot foto selfie yang dilengkapi gerobak sapi dan miniatur Tugu Pal Putih.
Di sini juga terdapat Taman Kelinci dan Becak Air untuk melengkapi pengalaman pengunjung saat berwisata.
Tak hanya itu, di Puri Mataram juga terdapat area kuliner Pasar Ndelik.
"Pasar Ndelik hanya buka setiap hari Minggu jam 07.00-13.00," ujar Sudihartono. Ragam kuliner yang tersedia di Pasar Ndelik merupakan kuliner pilihan.
"Awalnya kami adakan lomba masak se-kelurahan desa. Hasil masakan yang menang dijadikan menu untuk disajikan di sini."
Beragam masakan khas tradisional setempat seperti lodeh, sup, dan aneka tumisan pun dapat dinikmati di sini.
Uniknya lagi, alat tukar yang digunakan di Pasar Ndelik berupa lempengan tanah liat bernama pandel, yang bisa pengunjung tukar di sini.
Baca Juga: Spesial Saji-Sedap, Review Chicken Wings BBQ Paling Enak dari 4 Gerai Fast Food Favorit
Kopi Keceh
Area kuliner paling baru yang dikembangkan Sudihartono di Kampung Flory adalah Kopi Keceh.
Berbeda dengan area kuliner lain yang fokus menyuguhkan beragam makanan tradisional, Kopi Keceh menyajikan menu yang lebih dinamis.
Berdiri tepat di tepi Kali Bedhog, Kopi Keceh juga dilengkapi arena bermain air bagi para pengunjung.
Seiring dengan naiknya tren kopi di Tanah Air, Sudihartono mengajak para pemuda desa untuk merencanakan tempat minum kopi yang menarik.
Kopi Keceh mulai dibuka sejak akhir 2018, di atas lahan seluas 1 hektar.
Membawa konsep tempat hangout yang asyik, menu yang disajikan di Kopi Keceh cukup bervariasi, dari aneka kopi hingga sajian boga bahari atau seafood. "Bisa untuk sekadar ngopi, bisa juga makan besar," ujar Sudihartono.
Baca Juga: Review Hotel Luminor Pecenongan: Cobain Menu Lunch Hotel Luminor Pecenongan yang Recommended Banget!
Dipilihnya menu seafood, kata Sudihartono, untuk melengkapi menu dari 3 area kuliner yang sudah ada.
Pengunjung bisa memillih udang, kerang, cumi, atau kepiting.
Aneka seafood ini disajikan bersama 5 jenis saus pilihan, dari yang bercita rasa gurih hingga pedas.
Bagi para penggemar pedas, saus balado bisa jadi pilihan pas.
Yang pedas sedang, ada saus lada hitam dan bagi anak-anak bisa memilih saus telur asin, asam manis, atau tiram yang tak pedas rasanya.
Selain seafood, di Kopi Keceh juga tersedia menu ayam fillet, lele, dan gurami yang bisa dipadukan dengan ke-5 saus tadi.
"Sebenarnya masih ada banyak pilihan saus lain, tapi untuk saat ini kami baru mengeluarkan 5 jenis saus itu dulu," ujar Widadi (43), sang koki Kopi Keceh.
Baca Juga: Review Hotel Luminor Pecenongan: Cobain Menu Lunch Hotel Luminor Pecenongan yang Recommended Banget!
Paket Village Tour
Sebagai tempat hangout, Kopi Keceh juga menawarkan cukup banyak pilihan minuman dan makanan ringan.
"Kopi unggulan kami namanya Kopi Keceh," jelas Widadi.
Kopi ini disajikan dengan susu dan tambahan ketan hitam di dalamnya. Unik, ya?
"Ini merupakan inovasi barista kami dan hanya tersaji dingin," tukas Widadi seraya mengatakan, untuk sampai menemukan cita rasa kopi susu yang pas dengan tambahan ketan hitam, sang barista membutuhkan waktu 1 bulan untuk trial and error.
Selain kopi, ada pula Yosu atau yogurt dan susu.
Sesuai namanya, minuman ini merupakan campuran yogurt dan susu yang disajikan dingin, dengan toping sereal Honey Star.
"Yosu banyak disukai pengunjung anak-anak karena rasanya creamy," ucap Widadi.
Minuman khas tradisional yang banyak dipesan adalah tape susu dengan 2 varian: tape ketan hijau dan tape ketan kuning.
Menu pendampingnya tersedia aneka snack, seperti pisang goreng, potato wedges, atau onion ring.
Bagi keluarga yang ingin bersantai di area Kopi Keceh, tersedia kolam-kolam untuk bermain air (keceh).
Kali Bedhog yang mengalir tepat di tepi kedai Kopi Keceh menawarkan pemandangan indah, cocok untuk menyegarkan pikiran dan melepas penat di sela rutinitas sehari-hari.
Dan bagi Sedap Lovers yang tertarik berkeliling desa di Kampung Flory, tersedia paket village tour, yakni berkeliling desa menggunakan sepeda onthel atau gerobak sapi.
Beragam kostum tradisional pun tersedia bagi pengunjung yang ingin berfoto-foto bersama keluarga.
Maksimalkan Spot Swa-Foto
Berawal dari rasa prihatin terhadap perkembangan dunia pertanian di wilayah Yogyakarta, Sudihartono telah memiliki visi jangka panjang bagi Kampung Flory.
Pembangunan bertahap pun dilakukannya, mengikuti desain yang telah direncanakan untuk 5 tahun ke depan.
Review Baca Juga: Review Hotel Chanti Semarang: Tengok Fasilitasnya dan Wajib Coba Es Krim Tolak Angin!
Agar semua rencana berjalan lancar, sejak berdirinya Kampung Flory, Sudihartono langsung menggandeng sejumlah media untuk berpromosi.
"Kami adakan berbagai program acara yang layak liput selama 10 hari berturut-turut, antara lain lomba memedi sawah hingga melukis caping," jelasnya.
Selain itu, Sudiharto pun paham betul tren yang viral media sosial.
Kendati belum optimal memanfaatkan media sosial untuk berpromosi, namun ia bersama tim menyiasatinya dengan membangun banyak spot menarik untuk berswa-foto (selfie).
"Satu pengunjung datang dan berfoto, bisa membawa 10 tamu baru," ujarnya.
Tak lupa, Sudihartono yang telah 15 tahun lebih malang melintang di dunia pertanian juga berusaha melibatkan warga desa untuk ikut mengelola Kampung Flory.
Usaha ini, katanya, memang sengaja dibangun untuk turut meningkatkan perekonomian warga sekitar..
Baca Juga: Spesial Saji-Sedap, Review Perbedaan Rasa 6 Saus Sambal Kemasan di Pasaran, Mana Paling Enak?
"Sebagian besar pegawai di sini merupakan warga desa sekitar Kampung Flory. Ada yang bekerja di area kuliner, juga di area outbound," ujar Sudihartono.
Total warga yang terlibat di Kampung Flory mencapai 170 kepala keluarga.
Dengan adanya 4 area makan di sini, Sudihartono juga memberi kesempatan bagi warga petani untuk memasok bahan kebutuhan rumah makan.
Buah, sayuran, bumbu dapur, dan ikan sebagian besar dipasok warga.
"Untuk seafood harus langsung dari laut," tambahnya.
Melalui Kampung Flory, Sudihartono berkeinginan agar warga sekitar mampu mandiri secara ekonomi.
Maka, dibangun lah Sanggar Kewirausahaan sebagai tempat menimba ilmu bagi para pemuda desa yang tertarik berwirausaha, terutama di bidang pertanian dan tanaman hias.
Salah satu bentuk pemberdayaan desa diwujudkannya di Puri Mataram.
Kendati tergabung ke dalam manajemen Kampung Flory, Puri Mataram didirikan sebagai Badan Usaha Milik Desa.
Dengan pengelolaan yang profesional, Sudihartono berharap, Puri Mataram bisa ikut membantu meningkatkan kehidupan warga desa.
Sebaliknya, warga pun membuat berbagai progam yang mendukung pariwisata di Kampung Flory. (RIZKIE NURINDIANY)
Kampung Flory
Jugangpangukan, RT 005/RW 011, Tridadi, Sleman, Panglikan, Kec. Sleman, Kab. Sleman, DIY 55286
Buka: pukul 09.00-21.00 WIB
Kopi Keceh: pukul 09.00-17.00 WIB
Telp: 0815 7805 6085 (Sudihartono)
Baca Juga: Review Jujur Lapo Bonga Bonga, Lapo Halal punya Chicco Jerikho dan Rio Dewanto, Beneran Enak?
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR