Sajiansedap.id - Di sela waktu makan tiga kali sehari kita biasanya akan mengisi perut dengan makanan kecil atau camilan.
Kebiasaan ngemil sebenarnya bisa menyehatkan, tergantung jenis asupannya.
Pola makan tiga kali sehari menurut sejarah mulai muncul pada abad ke 18.
Tetapi manusia modern kini makan lebih sering daripada sebelumnya dan seringkali melebihi waktu makan.
Manusia saat ini memiliki pola makan yang tidak menentu.
Kebanyakan orang bahkan lebih suka ngemil dari pada makan tiga kali pada waktu "yang umum".
Tubuh kita memiliki dua jenis metabolisme: puasa (tanpa makanan) dan pasca-makan.
Kondisi tubuh pasca makan merupakan fase penyerapan yang merupakan waktu aktif secara metabolik untuk tubuh.
Pada periode ini juga aktifinya sistem kekebalan tubuh.
Baca Juga : (Video) Resep Membuat Pastel Tutup Jamur Keju yang Enak dan Mudah Dibuat, Cocok Banget Jadi Camilan Seru
Peradangan Akibat Makan
Ketika kita makan, kita tidak hanya menyerap nutrisi.
Tapi, kita juga memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan respon peradangan (inflamasi) transien.
Peradangan adalah respon normal tubuh terhadap infeksi dan cedera, yang memberikan perlindungan terhadap stressor.
Ini berarti setiap kali kita makan, apa yang kita konsumsi memberikan tingkat tekanan fisiologis pada sistem imun.
Bagi mereka yang ngemil sepanjang waktu, tubuh kemungkinan besar akan mengalami peradangan konstan.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini.
Lihat postingan ini di Instagram
Baca Juga : (Video) Resep Membuat Klepon Klasik yang Mudah, Camilan Tradisional Lezat Favorit Semua Orang
Selama sekitar empat jam setelah makan, mikroba usus dan komponennya masuk ke dalam aliran darah dan diam-diam memicu peradangan oleh sistem kekebalan tubuh.
Peradangan yang seharusnya pelindung jangka pendek menjadi terus-menerus terjadi.
Peradangan setelah makan - yang dikenal sebagai "peradangan postprandial" terjadi secara konstan dan diperburuk oleh gaya hidup modern kita.
Misalnya saja mengasup makanan padat kalori, makan berlebihan, tinggi gula dan makanan lemak jenuh.
Sementara itu, peradangan postprandial persisten menimbulkan kerusakan kolateral berulang pada tubuh kita.
Ini yang sangat merugikan kesehatan kita dari waktu ke waktu.
Peradangan kronis tingkat rendah muncul sebagai akibat banyaknya penyakit yang berhubungan dengan penyakit non-infeksi, seperti penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Mengurangi frekuensi makan melalui puasa intermiten atau mengatur waktu makan, akan berdampak positif pada kesehatan.
Baca Juga : Resep Membuat Pastry Panggang Pisang Toblerone, Semua Rela Nunggu Di Dapur Demi Camilan Fancy Ini
Cara ini juga membantu menurunkan berat badan dan risiko penyakit metabolik, seperti diabetes.
Makan terlalu malam juga dikaitkan dengan peningkatan kolesterol dan glukosa, serta dapat membuat resistensi insulin yang dalam jangka panjang memicu diabetes.
Ini membuat kita merasa lebih lapar keesokan harinya.
Jadi, sebaiknya kita hanya perlu mengurangi porsi makan, dengan makanan yang lebih memuaskan dan memicu rasa kenyang.
(Kompas/Ariska Puspita Anggraini)
Baca Juga : Resep Membuat Kue Untir-Untir Dua Warna, Camilan Tradisional yang Tidak Pernah Sepi Penggemar
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
Source | : | kompas.com |
Penulis | : | Miyanti |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR