Selama sekitar empat jam setelah makan, mikroba usus dan komponennya masuk ke dalam aliran darah dan diam-diam memicu peradangan oleh sistem kekebalan tubuh.
Peradangan yang seharusnya pelindung jangka pendek menjadi terus-menerus terjadi.
Peradangan setelah makan - yang dikenal sebagai "peradangan postprandial" terjadi secara konstan dan diperburuk oleh gaya hidup modern kita.
Misalnya saja mengasup makanan padat kalori, makan berlebihan, tinggi gula dan makanan lemak jenuh.
Sementara itu, peradangan postprandial persisten menimbulkan kerusakan kolateral berulang pada tubuh kita.
Ini yang sangat merugikan kesehatan kita dari waktu ke waktu.
Peradangan kronis tingkat rendah muncul sebagai akibat banyaknya penyakit yang berhubungan dengan penyakit non-infeksi, seperti penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Mengurangi frekuensi makan melalui puasa intermiten atau mengatur waktu makan, akan berdampak positif pada kesehatan.
Baca Juga : Resep Membuat Pastry Panggang Pisang Toblerone, Semua Rela Nunggu Di Dapur Demi Camilan Fancy Ini
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
Source | : | kompas.com |
Penulis | : | Miyanti |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR