Menurut Medicinenet.com, dalam kondisi normal, cairan di otak itu berfungsi sebagai bantalan otak.
Ketika volumenya berlebihan, maka akan menekan otak dan bisa menyebabkan kerusakan otak serta gangguan mental atau fisik.
Pemicu hidrosefalus pada bayi belum diketahui dengan jelas.
Tetapi secara umum dapat disebabkan oleh cacat genetik, perdarahan pada janin sebelum kelahiran, infeksi pada ibu seperti toksoplasma atau sifilis, atau cacat lahir seperti spina bifida.
Pada bayi, Hydrocephalus bisa dideteksi lewat pemeriksaan USG saat bayi berusia sekitar 6-7 bulan dengan cara mengukur lingkar kepala janin.
Semakin cepat kondisi ini ditemukan dan diobati, dampak kerusakan jangka panjang bisa dicegah.
Walau demikian, mayoritas tanda Hydrocephalus baru diketahui beberapa bulan setelah bayi lahir berupa kepala yang tampak lebih besar.
Memang perkembangan kepala bayi memang lebih pesat pada setahun pertama usianya, tetapi pada kasus ini kepalanya berkembang lebih cepat dibanding laju normalnya.
Tekanan cairan pada otak akan menyebabkan bayi menjadi sangat rewel, kebanyakan tidur, sering muntah, dan hanya mau menyusu sedikit.
Untuk memastikan adanya Hydrocephalus, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk CT scan, MRI, atau USG untuk mendapat gambaran yang lebih detil.
Terapi sejak dini, idealnya sebelum bayi berusia 4 bulan, sangat penting untuk mencegah kerusakan otak.
Terapi difokuskan untuk mengurangi jumlah cairan di otak agar tekanan berkurang.
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
KOMENTAR