Mbok Yem mengaku hanya sekali dalam setahun turun gunung untuk pulang kampung, tepatnya ketika musim lebaran tiba.
Dalam sehari, Mbok Yem bisa melayani 200 hingga 300 orang pendaki.
Untuk menyediakan makanan bagi pendaki, Mbok Yem masih menggunakan kompor tungku dengan bahan bakar kayu.
Pasokan listrik pun didapatkan dari tenaga genset.
BACA JUGA: Ingin Tampil Cantik dan Awet Muda? Menu Makan Meriam Bellina Ini Patut Ditiru
Momen 17 Agustus dan bulan Suro, kata Mbok Yem, adalah masa dimana Gunung Lawu akan dipadati oleh pendaki sehingga warungnya kebanjiran pembeli.
Makanan yang dijual di warung Mbok Yem ini terbilang cukup murah, hanya berkisar Rp 10.000 saja.
Warung makan Mbok Yem juga bisa menjadi tempat tidur alternatif para pendaki yang tak mau repot mendirikan tenda untuk bermalam di Gunung Lawu.
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Raka |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR