SajianSedap.com – Di Korea, Dak galbi terkenal di kalangan mahasiswa, lantaran harganya yang cukup murah. Di era 1960-an, Dak galgi juga biasa disajikan di bar kecil dan disantap sebagai teman saat menikmati minuman beralkohol. Untuk lebih lengkapnya, mari kita simak ulasan berikut ini.
Dak galbi atau biasa disebut dengan dalk galbi, berarti rusuk ayam. Namun, lucunya Dak galbi justru dibuat dari daging ayam fillet yang dipotong dadu, lalu dimarinasi selama satu hari dalam rendaman saus gochujang, pasta cabai merah khas Korea.
Biasanya potongan daging ayam ini disajikan bersama irisan kol, ubi jalar, daun bawang, bawang merah, daun perilla dan tteobokki (kue beras), lalu disajikan di atas hot plate yang dimasak mendadak di atas meja dan langsung disantap selagi hangat.
Bagi sebagaian besar warga Korea, setelah Dak galbi ini habis disantap, mereka akan memasukkan nasi ke dalam wadah yang masih terdapat sisa saus Dak galbi, kemudian mengaduknya. Jadi, nasi justru disantap terakhir bersama bumbu yang tersisa.
Dak galbi yang merupakan makanan tradisional asal kota Chuncheon, provinsi Gangwon, Korea Selatan ini juga dikenal dengan sebutan Chuncheon Dak Galbi. Setiap tahun saat musim gugur tiba, pemerintah kotan Chuncheon mengadakan Festival Musim Gugur yang khusus didedikasikan untuk memperingati asal mula Dak galbi. Festival ini sudah berlangsung sejak tahun 2005.
Pada awalnya, penyajian Dak galbi tidak menggunakan hot plate, melainkan memanggangnya di atas arang yang membara. Cita rasanya yang gurih dan asin ini berhasil disukai oleh banyak orang.
Chuncheon juga dikenal sebagai kota tujuan berlibur bagi para tentara wajib militer yang sedang cuti dari tugasnya. Sudah pasti mereka akan menyantap Dak galbi di area ini sambil menikmati minuman beralkohol secara bergerombol. Selain para tentara wajib militer, para mahasiswa di Korea pun disebut-sebut sangat menggemari menyantap Dak galbi, lantaran harganya yang cukup murah untuk kantong mereka, selain itu porsinya pun tergolong melimpah. Tidak heran jika Dak galbi kerap dijuluki sebagai makanan kaum jelata atau makanan khas mahasiswa, terutama di era 1970-an. (IYS/ SCI)
FOTO: SEDAP SAJI
KOMENTAR