Konon nama Docang itu merupakan singkatan dari dua kata yaitu; Bodo atau baceman dari oncom dage dan Kacang Hijau yang dijadikan Toge.
Kini, Docang yang banyak dijual pedagang terdiri dari daun pepaya yang direbus, toge, parutan kelapa, dan sayur dage.
Sayur dage pada Docang dibuat dari bahan-bahan rempah, di antaranya bawang putih, bawang merah, dan kayu manis.
Setelah dicampur, docang biasa disajikan dengan kerupuk.
Para penjual Docang memakai kerupuk yang berbeda-beda, ada yang memakai kerupuk putih, ada pula yang memakai kerupuk melarat.
Seorang sejarawan Cirebon, Mustakim Asteja, mengatakan, tahun 90-an, Docang biasanya dijual pada pagi hari untuk sarapan.
Bahkan, Docang biasanya ditemukan di perkampungan dan memiliki kuah bening.
"Dulu sewaktu saya masih kecil, Docang itu kuahnya bening. Kalau sekarang itu ada yang bening, ada yang sedikit berminyak dan memakai cabe merah. Permasalahannya, saya tidak tahu mana yang lebih dulu," katanya saat ditemui di Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Senin (5/11/2018).
Sedangkan untuk saat ini, Docang tidak hanya dijual pada pagi hari. Banyak yang menjualnya pada sore hingga malam hari.
"Saya jual Docang sore disesuaikan dengan pembeli. Kalau pagi hari banyak yang memilih nasi kuning atau nasi uduk. Kalau sore hari kebanyakan yang nasinya habis biasanya diganti pakai docang," kata Nana kepada Tribun Jabar.
Tak hanya sebagai makanan khas yang rasanya lezat, Docang mempunyai sejarah tersendiri.
Baca Juga: Sejarah dan Filosofi Tang Yuan, Makanan Khas Imlek yang Mirip Wedang Ronde
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR