Produk utamanya adalah donat.
Berbagai topping ditawarkan pada pelanggan, seperti Caviar Chocolate, Glazzy, Chocolate Rainbow, Green Tea, dan Tiramissu.
CFC berdiri sejak 1983 di bawah PT Pioneerindo Gourmet International Tbk, sesudah memutuskan konsep warabala dengan merek dagang California Pioneer Chicken.
Namanya berganti menjadi California Fried Chicken (CFC) dan kini melayani waralaba bagi pebisnis, seperti dilansir situs resminya.
Menu CFC terdiri dari ayam goreng, burger, kentang goreng, dan sosis goreng. Paket makanan lengkap dengan minuman teh juga tersedia.
Dijual seharga Rp 20.000-an.
Menjual aneka lauk ala Jepang, Hokben kerap disangka restoran Jepang, padahal milik lokal.
Hokben berdiri pada Mei 1985 di bawah lisensi PT Eka Bogainti dengan nama Hoka Hoka Bento.
Restoran pertamanya dibangun di Kebon Kacang, Jakarta.
Namanya berubah menjadi Hokben pada Oktober 2013 dan memiliki konsep baru berupa HokBen Kitchen pada 2020.
Kini, Hokben memiliki gerai total sebanyak 351 yang tersebar di Jabodetabek, Sulawesi, Sumatera, hingga Kalimantan.
Restoran cepat saji ini hadir belakangan dibandingkan dengan merek lainnya. Tepatnya pada Februari 2011.
Namanya resto yang diambil dari bahasa Inggris membuat Richesee Factory disangka merek asing.
Padahal, Richeese Factory pertama kali berdiri di Bandung, Jawa Barat dan gerainya sudah tersebar di Jabodetabek, Lampung, hingga Palembang.
Menu unggulannya adalah Flying Chicken dan Fire Chicken, lengkap dengan saus keju kental ala Richeese.
Nah itulah 6 merek makanan dalam negeri yang sering dikira merek luar negeri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 6 Merek Makanan Indonesia yang Sering Disangka dari Luar Negeri
Baca Juga: Bukan Daun Pisang Saja, 6 Daun Ini Juga Bisa Digunakan Membungkus Makanan, Bikin Wangi Juga
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR