SajianSedap.com - Santan sering diidentikkan dengan kolesterol.
Padahal pada dasarnya santan tidak mengandung kolesterol loh.
Santan merupakan sari buah yang berasal dari buah kelapa.
Bukan kolesterol, santan ini memiliki kandungang lemak jenuh.
Lemak inilah yang sering dianggap sebagian orang sebagai kolesterol, padahal bukan.
Melansir dari Kompas.com, menurut dr Diana Suganda SpGK, spesialis gizi dari Rumah Sakit Pondok Indah, santan memiliki kandungan lemak jenuh sebeasar 21 gram per 100 gram santan.
Selain itu, santan juga memiliki kalori cukup tinggi.
Per 100 gram santan memiliki kalori sebanyak 230 gram.
Hal inilah yang menyebabkan konsumsi santan tidak boleh berlebihan.
Hal ini juga senada disampaikan oleh ahli Gizi RS Indriati Solo Baru, Rista Yulianti Mataputun, S.Gz, yang menjelaskan jikasantan termasuk bahan makanan sumber lemak.
Apabila dikosnumsi secara berlebihan, air perahan kelapa ini bukan tidak mungkin lama kelamaan bisa meningkatkan kadar lemak darah dan membuat kegemukan tentunya.
Pun juga bisa menyebabkan kadar koelsterol tubuh meningkat.
Namun Anda tidak perlu khawatir, karena jika dimasak dengan benar, lemak jenuh ini tidak akan meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh kok.
Rista menjelaskan santan sebenarnya masuk dalam kategori lemak baik.
Santan kelapa mengandung asam lemak dan trigliserida yang mudah dibakar oleh tubuh.
Namun, cara memasak yang salah pada kenyataannya bisa bikin lemak pada santan berubah menjadi lemak jenuh.
Lemak jenis ini diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) di dalam tubuh, sehingga risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah dan berbagai risiko berbahaya lainnya juga meningkat berlipat ganda.
Salah satu cara memasak santan yang kerap keliru, yakni dimasak terlalu lama hingga mendidih.
Jadi, saran untuk mengolah santan yang baik adalah jangan dipanaskan terlalu lama jika untuk sayur.
“Santannya bisa dimasukkan terakhir dan jangan terlalu lama di panas. Misal, seperti masak sayur lodeh, jadi yang terakhir dimasukkan adalah santannya,” terang Rista.
Rista juga menganjurkan, memasak santan tidak dilakukan lebih dari 3 menit agar tidak menjadikan santan tersebut menjadi sumber lemak jenuh.
Pemasakan atau pengangatan yang berkali-kali juga sebaiknya dihindari.
Pasalnya, hal itu akan membuat makanan itu menjadi sumber lemak jahat.
“Apabila masakan yang mengandung santan dimasak berkali-kali akan menimbulkan lapisan minyak. Itulah yang menyebabkan masakan menjadi berbahaya,” jelas Rista.
Terkait rumor konsumsi santan bisa memicu kolesterol tinggi, Rista menyebut, hal itu sebenarnya akibat dari pengolahan bersama bahan makanan lain yang tinggi kolesterol.
Misalnya saja, telur, daging, dan terutama jeroan.
Penjelasan itu juga berlaku pada anggapan santan bisa bikin gemuk.
Dia memberi gambaran, sering mengonsumsi masakan bersantan yang dengan nasi porsi banyak jelas bisa memicu peningkatan berat badan pada seseorang.
Hal itu dikarenakan, nasi mengandung karbohidrat dan gula.
“Misalnya lagi saat puasa ini makan cendol. Udah pakai santan, pakai gula merah juga. Jadi kandungan kalorinya pasti lebih banyak. Sementara, kalori berlebih pasti bikin gemuk,” jelas Rista.
Untuk itu sebaiknya jangan masak -masakan bersantan terlalu banyak agar terhindar dari kondisi memakan santan yang dipanaskan berkali-kali.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 3 Cara Memasak Santan agar Tak Jadi Berbahaya untuk Kesehatan
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR