SajianSedap.com - Ketika bulan puasa datang, banyak sekali takjil yang muncul di pasar.
Kita pun tinggal memilih dan membelinya untuk buka puasa.
Yang menjadi primadona dan paling dicari adalah takjil biji salak dan candil.
Tapi coba deh perhatikan.
Kedua makanan ini sangat mirip.
Walaupun begitu, ternyata biji salak dan candil adalah makanan yang berbeda.
Sase Lovers juga bisa membedakannya.
Meskipun sangat mirip, ternyata kuah biji salak dan candil berbeda lho.
Kuah candil umumnya terbuat dari gula kelapa serta santan kelapa masak yang kental dan daun pandan.
Kuah ini akan membuatnya beraroma harum khas.
Sementara, biji salak disantap bersama gula kelapa yang disiram kuah santan kelapa.
Terkadang, bubur sumsum juga disajikan bersama candil.
Sehingga rasanya gurih dan teksturnya unik.
Di sejumah daerah misalnya Jakarta, nama biji salak dan candil tidak jarang tertukar.
Biji salak yang disajikan terbuat dari tepung beras ketan atau tepung tapioka, bukan ubi jalar.
Sementara itu, biji salak terbuat dari ubi jalar dan campuran tepung sagu.
Namun saat membeli bubur candil yang didapatkan adalah bubur sumsum yang diberi biji salak ubi jalar.
Padahal candil seharusnya tidak ada ubi jalar sama sekali.
Jadi Anda bisa menanyakannya dulu ke penjual ya, terutama bagi Sase Lovers yang punya alergi dengan umbi-umbian.
Menurut Murdijati, pemerhati kuliner Indonesia sekaligus peneliti pangan UGM, biji salak dan candil yang terlihat mirip ini berasal dari daerah yang berbeda.
Biji salak adalah kuliner khas Betawi.
Sementara, candil berasal dari Jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Di Bali, bubur candil disebut juga jaje batun bedil.
Sedangkan di Sulawesi makanan ini disebut dengan katiri mandi.
Nah itu dia perbedaan biji salak dan candil.
Sekarang Sase Lovers sudah tahu, kan?
Jadi jangan sampai tertukar lagi ya.
Semoga bermanfaat ya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 3 Beda Biji Salak dengan Candil yang Sering Dikira Sama
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
Penulis | : | Laksmi Pradipta Amaranggana |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR