Tidak jelas apakah penelitian ini secara efektif menunjukkan sebab dan akibat antara konsumsi kafein ibu dan tinggi badan anak.
Namun, profesor epidemiologi dan biostatistik di Curtin University di Australia, Dr Gavin Pereira menuturkan bahwa korelasi yang diamati dalam studi ini dapat dijelaskan dengan adanya penyebab umum dari konsumsi kafein dan pembatasan pertumbuhan, misalnya kemiskinan, stres, dan faktor diet.
Jika tinggi badan yang lebih rendah di masa kanak-kanak awal bertahan hingga dewasa, akan ada kemungkinan pula risiko hasil kardiometabolik yang buruk.
Seperti penyakit jantung dan diabetes, yang terkait dengan perawakan yang lebih kecil.
"Tetapi, masih belum ada cara untuk mengetahui apakah perbedaan itu akan bertahan hingga dewasa," ujar Gleason.
"Dan studi seperti ini yang berfokus pada hasil populasi bukanlah alasan bagi keluarga individu untuk panik."
"Tren tingkat populasi ini seharusnya diambil bersama dengan penelitian lain bagi organisasi untuk menilai kembali rekomendasi mereka," jelas dia.
Menurutnya, di masa lalu, ada penelitian yang tidak konsisten mengenai apakah mengonsumsi kafein selama kehamilan berdampak pada janin.
Tetapi bukti-bukti telah terkumpul dalam beberapa tahun terakhir.
Sebuah meta-analisis tahun 2015, misalnya, meninjau semua penelitian yang menemukan hubungan respons dosis antara konsumsi kafein dan ukuran kelahiran yang lebih kecil.
Dan sebuah studi tahun 2020 juga mengungkapkan tidak ada tingkat kafein yang aman untuk janin yang sedang berkembang.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Asupan Kafein Ibu Hamil Beri Pengaruh Buruk pada Tinggi Badan Bayi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Hani Arifah |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR