SajianSedap.com - Sase Lovers coba ke dapur sekarang juga.
Coba perhatikan lagi spons yang biasa dipakai untuk mencuci piring.
Kebanyakan orang Indonesia akan merendam spons dalam air sabun.
Orang-orang akan melakukannya karena biar praktis dan spons bisa langsung dipakai.
Kebiasaan ini sekilas terlihat biasa saja.
Padahal kebiasaan ini sangat membahayakan lho.
Sayangnya banyak banget yang belum tahu tentang hal ini.
Bahkan jika sudah tahu pun tetap dianggap hal sepele.
Mulai sekarang Sase Lovers jangan gunakan cara ini lagi ya.
Bahkan katanya lebih kotor spons yang direndam daripada kloset.
Kenapa bisa begitu ya?
Bahaya Merendam Spons di Air
Banyak orang yang meninggalkan spons cuci piring basah pada wastafel setelah selesai mencuci piring.
Padahal, hal itu merupakan kesalahan besar karena wastafel dapur telah terbukti lebih kotor daripada kloset.
Tidak hanya itu, kita sama sajamenyediakan tempat lembap untuk bakteri tinja (e-coli) dan kuman menempel pada spons.
"Permukaan wastafel, terutama di dekat saluran pembuangan, cenderung menjadi area pengumpulan utama bakteri dan perkembangan biofilm serta area yang selalu lembap lebih rentan terhadap pertumbuhan bakteri," kata Kelly Reynolds, peneliti kesehatan masyarakat Universitas Arizona, Amerika Serikat, dilansir dari USA Today, Rabu (8/6/2022).
Sebuah studi pada 2017 menemukan bahwa wastafel dan spons cuci piring menjadi tempat persembunyian besar bakteri tinja pada 44 persen rumah.
Studi yang diterbitkan dalam Journal of Food Protection mengungkapkan 15 persen rumah terdapat bakteri e-coli, terutama pada wastafel dapur.
Menurut penelitian sebelumnya pada 2008, hal ini tidak hanya karena wastafel dapur sering lembap lho.
Kondisi ini juga berlaku untuk spons yang sering disentuh dan dipakai.
Penelitian yang dimuat dalam Journal of Applied Microbiology terhadap 15 dapur menemukan dapur lebih terkontaminasi daripada kamar mandi.
Artinya, spons cuci piring bisa jadi lebih jorok dan banyak kuman daripada toilet.
Seperti dikatakan Reynolds, kebanyakan orang mendisinfeksi kloset mereka jauh lebih banyak daripada wastafel.
Padahal, partikel sisa makanan pada wastafel dapat bercampur dengan serangga dari daging mentah dan mengenai tangan kita bila tidak mencucinya dengan baik.
Bisa dibayangkan bagaimana kotornya spons yang direndam air
Karena itu, merendam spons cuci piring yang direndam hampir tidak memiliki peluang tuntuk membuatnya tetap bersih.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ada 362 jenis bakteri, termasuk kuman patogen yang paling umum, ditemukan dalam spons cuci piring basah.
Cara Merawat Spons dan Waktu Menggantinya
Studi pada 2017 yang diterbitkan dalam laporan ilmiah peer-revie menggambarkan spons sebagai "titik panas mikrobiologis" yang harus diganti setiap minggu.
Namun, bagaimana jika tidak ingin membuang spons setiap minggu?
Sebagai alternatifnya, Jennifer Quinlan, ahli mikrobiologi Universitas Drexel, Amerika Serikat, gunakan spons dengan bijak.
Jangan pernah membersihkan bekas sisa daging mentah dengan satu spons yang sama.
Anda bisa memilih handuk kertas sebagai gantinya.
"Simpan spons di tempat yang bisa mengering seperti keranjang atau rak alih-alih wastafel untuk mengurangi bakteri," kata Reynolds.
Itu tidak akan menghilangkan semua kuman tentunya.
Tetapi paparan panas tinggi setidaknya membantu mengurangi jumlah kuman.
Cara lain, Academy of Nutrition and Dietetics merekomendasikan memasukkan spons basah ke microwave atau mesin pencuci piring selama 1 menit.
Anda bisa menjalankan siklus pengeringan setiap hari agar spons tetap bersih.
Bila spons cuci piring terlihat sudah tidak layak digunakan dan berbau, segera membuangnya.
Untuk waktu yang ideal sebenarnya harus diganti tiap 2 minggu.
Cara merawat dan mengganti spons ini harus dilakukan secara rutin ya.
Apalagi jika masih ada bayi dan anak-anak di rumah.
Meskipun sepele, namun ini sangat penting juga untuk kesehatan tubuh.
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul Stop Meletakkan Spons Cuci Piring Basah pada Wastafel, Ini Bahayanya
Penulis | : | Laksmi Pradipta Amaranggana |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR