Di samping itu, mendengkur juga bisa menjadi gejala dari sleep apnea, suatu kondisi di mana orang berhenti bernapas untuk jangka waktu yang singkat saat tidur.
American Heart Association memperingatkan bahwa sleep apnea berhubungan dengan hipertensi, stroke, dan gagal jantung.
Dan usia pengidap sleep apnea didapati semakin memuda.
Jadi, bila Anda mendapati pasangan atau anggota keluarga seperti berhenti bernapas disertai mendengkur hebat, baiknya tak membiarkan kondisi berlarut.
Dalam studi 18 tahun, peneliti dari University of Wisconsin-Madison menemukan, bahwa orang-orang dengan sleep apnea parah yang tidak diobati memiliki tiga kali kemungkinan untuk meninggal dini ketimbang mereka yang tidak mengalaminya.
Bagi peserta yang mengalami 30 kali berhenti napas kala mendengkur per jam saat tertidur, risiko kematian akibat kardiovaskular meningkat lima kali dibandingkan dengan mereka yang tidak mendengkur.
Selain mendengkur, gejala tambahan sleep apnea ialah sering merasa kelelahan di siang hari walau jam tidur sudah terpenuhi, mudah terengah-engah atau tersedak saat Anda tidur, sakit kepala di pagi hari, dan sering buang air kecil di malam hari.
Melakukan beberapa cara untuk mengurangi mendengkur bukan sekedar memberikan kenyamanan pada pasangan agar tak terganggu, namun juga menurunkan risiko sleep apnea.
Beberapa langkah yang bisa Anda lakukan ialah menggunakan bantal khusus untuk meredakan dengkuran, tidur menyamping, dan berolahraga untuk menguatkan sistem pernapasan.
Untuk dengkuran yang parah dan sering membuat napas terhenti, konsultasi dengan dokter sangat diperlukan.
Terapi dan pengobatan tepat dapat membantu Anda mencapai kesehatan optimal jangka panjang.
Baca Juga: Padahal Tiap Malam Dipakai, Tidur dengan Bantal Ternyata Jadi Penyebab Sering Ngorok, Kok Bisa?
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR