Hasilnya, pasien yang minum obat sebelum tidur, risiko serangan jantungnya turun 44 persen, peluang gagal jantung turun 42 persen, risiko stroke turun 49 persen, dan risiko kematian karena penyakit kardiovaskular turun 45 persen.
Perwakilan peneliti Ramon Hermida dari University of Vigo menyampaikan, penurunan risiko komplikasi hipertensi tersebut terkait kontrol tekanan darah yang lebih baik saat tidur.
"Kami telah mendokumentasikan, tekanan darah saat tidur adalah penanda paling signifikan dari risiko kardiovaskular," jelasnya, seperti dilansir Web MD.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Namun, Hermida memberikan catatan objek risetnya tersebut memiliki ritme tidur yang teratur, seperti bangun tidur di pagi hari dan tidur malam tidak terganggu.
Rutin adalah Kunci
Terlepas dari silang pendapat waktu terbaik minum obat hipertensi, ahli jantung dari RS Lenox Hill di New York, AS, Dr. Satjit Bhusri, berpendapat pasien perlu berkonsultasi dengan dokternya terkait waktu minum obat.
Menurutnya, waktu terbaik minum obat bagi pasien tergantung dengan kondisi fisik, aktivitas, dan tekanan darah masing-masing.
Alih-alih terlibat dalam perdebatan waktu minum obat, Bhusri lebih menekankan pada pentingnya konsistensi untuk mengoptimalkan kontrol tekanan darah.
"Kuncinya rutin, tidak melewatkan dosis anjuran. Hal yang lebih buruk daripada tekanan darah tinggi adalah perubahan tekanan darah karena ketidakpatuhan minum obat," kata dia.
Selain patuh dan rutin minum obat sesuai anjuran dokter, Bhusri juga menyebut penderita hipertensi perlu mengendalikan emosi dan menjaga gaya hidup sehat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Minum Obat Hipertensi Pagi atau Malam Hari, Mana yang Lebih Baik?"
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR