SajianSedap.com - Kentang merupakan salah satu bahan pangan yang populer di Indonesia.
Mudah ditemukan dengan harga terjangkau, kentang bisa diolah menjadi beragam olahan masakan.
Biasanya kentang diolah menjadi sup, perkedel, atau hanya direbus untuk santapan sehari-hari.
Maka tak heran, banyak orang membeli kentang cukup banyak untuk menjadi stok di rumah.
Nah, ketika dibiarkan dalam penyimpanan terlalu lama, kentang dapat mulai bertunas dan berubah warna hijau.
Tak banyak orang tahu, ternyata kentang yang sudah bertunas mengandung racun yang berpotensi menyebabkan kematian, loh.
Kok bisa? Yuk simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Baca Juga: Jus Kentang Tinggi Karbohidrat Tapi Baik Bagi Penyandang Diabetes
Bahaya Mengonsumsi Kentang yang Bertunas
Dilansir dari Healthline, kentang adalah sumber alami solanin dan chaconine, dua senyawa glikoalkaloid yang secara alami ditemukan di berbagai makanan lain, termasuk terong dan tomat.
Dalam jumlah kecil, glikoalkaloid dapat memberikan manfaat kesehatan, termasuk sifat antibiotik dan efek penurun gula darah dan kolesterol.
Namun, mereka bisa menjadi racun jika dimakan berlebihan.
Ketika kentang sudah mulai bertunas, kandungan glikoalkaloidnya mulai meningkat.
Oleh karena itu, makan kentang yang telah bertunas dapat menyebabkan Anda menelan senyawa ini dalam jumlah berlebihan.
Gejala biasanya muncul dalam beberapa jam hingga 1 hari setelah makan kentang yang bertunas.
Pada dosis yang lebih rendah, konsumsi glikoalkaloid berlebih biasanya menyebabkan muntah, diare, dan sakit perut.
Ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar, mereka dapat menyebabkan tekanan darah rendah, denyut nadi cepat, demam, sakit kepala, kebingungan, dan dalam beberapa kasus, bahkan kematian.
Terlebih lagi, beberapa penelitian kecil menunjukkan bahwa makan kentang yang bertunas selama kehamilan dapat meningkatkan risiko cacat lahir.
Oleh karena itu, wanita hamil harus menghindari kentang bertunas.
Bisakah menghilangkan senyawa beracun dari kentang yang bertunas?
Glikoalkaloid terutama terkumpul di daun, bunga, mata kentang, dan tunasnya.
Selain bertunas, perubahan fisik pada kentang, warna hijau, dan rasa pahit adalah tiga tanda bahwa kandungan glikoalkaloid kentang mungkin telah meningkat secara dramatis.
Oleh karena itu, membuang kecambah, mata, kulit hijau, dan bagian yang rusak dapat membantu mengurangi risiko keracunan.
Selain itu, mengupas dan menggoreng dapat membantu mengurangi kadar glikoalkaloid, meskipun merebus, memanggang, dan memanaskan di microwave tampaknya tidak banyak berpengaruh.
Namun, hal itu masih tidak jelas apakah cukup untuk melindungi tubuh dari toksisitas glikoalkaloid.
Untuk alasan tersebut, Pusat Racun Nasional menyarankan agar kentang yang telah tumbuh atau berubah menjadi hijau dibuang.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Cara menjaga kentang agar tidak bertunas
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi perkecambahan atau tunas kentang adalah dengan menghindari menyimpannya terlalu lama.
Belilah kentang jika Anda berencana untuk menggunakannya saja.
Selain itu, membuang kentang yang rusak dan memastikan bahwa kentang yang tersisa benar-benar kering sebelum menyimpannya.
Letakkan juga kentang di tempat yang sejuk, kering, dan gelap supaya dapat mengurangi kemungkinan perkecambahan.
Laporan lain juga menunjukkan bahwa menyimpan kentang dengan bawang juga harus dihindari, karena menyatukan keduanya dapat mempercepat perkecambahan.
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR