Dilarang Dinjak apalagi Dilangkahi, Sajen Makanan Di Bali Ternyata Bukan Sekedar Ritual! Maknanya jadi #KemilauKulinerIndonesia yang Sarat Makna
SajianSedap.com - Masyarakat Bali dikenal punya ritual keagamaan yang sangat kuat.
Itu mengapa, ada saja hal unik yang dilakukan oleh warga Bali.
Hal unik ini kadang-kadang membuat kagum dan kadang menimbulkan keheranan bagi yang baru pertama melihatnya.
Salah satunya adalah soal sesajen makanan yang setiap hari dipersembahkan kepada para Dewata.
Setiap pagi, perempuan di Pulau Bali akan meletakan sesajen makanan di puluhan bahkan ratusan titik di sekitar rumah mereka.
Makanya, kita bisa menemukan makanan dalam takis daun pisang hampir di seluruh pelosok Bali.
Sesajen makanan ini disebut saiban.
Saiban pun dipercaya tak boleh sengaja diinjak, dilangkahi apalagi diludahi karena bersifat sakral.
"Kalau bisa jangan dilangkahi, jangan diinjak juga, kalau dilakukan dengan sengaja jangan," jelas Nyoman Suani, perempuan asli Bali yang pekerjaan sehari-harinya sebagai Serati Banten saat ditemui di stan mengulat janur di acara Pekan Kebudayaan Nasional di Istora, Senayan, Jakarata, Selasa (8/10/2019).
"Ada yang, menginjak bahkan menendang itu ada yang kesurupan, ada yang sampai sudah pulang ke tempat asalnya lalu kembali ke Bali untuk memohon ampun dengan roh halus di Bali. Memang seperti itu, bukan mitos," paparnya.
Selain itu, ternyata saiban dibuat sepenuh hati dan sangat sarat makna, lo.
Baca Juga: Bau Mulut Bikin Malu dan Gak Pede? Konsumsi 4 Buah Ini Dijamin Ampuh loh!
Baca Juga: Banyak Kecoa Berkeliaran di Dapur Anda? Coba Gunakan Bahan Alami Ini, Dijamin Ampuh Mengusirnya!
Bahkan, saiban dipercaya jadi bentuk syukur atas karunia dan berkah semesta pada hidup.
Yuk, simak salah satu #KemilauKulinerIndonesia yang sangat unik ini.
Saiban Dibuat Dari Masakan Rumah
Dikutip dari Kompas.com, Tim Jelajah Kuliner Nusantara pernah melakukan liputan khusus soal proses pembuatan sesajen di rumah-rumah di Bali pada tahun 2013 lalu.
Adalah Ni Ketut Kandel (65) yang membuka pintu rumahnya untuk Tim Jelajah Kuliner melihat langsung proses pembuatan saiban.
Warga Batuyang, Batubulan, Gianyar, ini ternyata pagi-pagi sekali sudah memasak sekaligus menyiapkan seluruh isi saiban.
Ya, tak ada santapan tanpa persembahan.
Itulah yang lazim berlaku di Pulau Dewata.
Makanan yang disantap manusia selalu merupakan sebagian dari sesaji yang sebelumnya dipersembahkan kepada para dewata. Penuh berkah.
Persembahan pagi yang secara populer disebut ngejot (berbagi) ini terdiri dari makanan yang dimasak hari itu.
”Karena kami masak lawar, ya pakai lawar, ditambah garam, bawang goreng, dan lauk lainnya,” katanya.
Lawar merupakan aneka sayur dan daging yang diracik dengan parutan kelapa bakar dan basa genep (bumbu lengkap ala Bali).
Sekilas rupanya seperti urap dengan aroma bumbu yang lebih tajam.
Sejumput makanan itu, termasuk nasi, kemudian diletakkan di atas potongan-potongan kecil daun pisang.
Baca Juga: Ajaib! Tanpa Operasi, Batu Ginjal Ternyata Bisa Keluar Sendiri Hanya Dengan Konsumsi 5 Makanan Ini!
Setiap hari, Kandel bertugas menghaturkan lebih dari 100 saiban di sejumlah tempat yang dianggap suci.
Di antaranya seperti dapur, sumur, halaman, gerbang rumah, dan pura keluarga.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
”Dapur mewakili api dan sumur adalah air, halaman adalah tanah tempat tanaman tumbuh, semuanya telah memberi kita berkah. Kewajiban kita mengucapkan terima kasih,” ujar I Ketut Sumadi, dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, kerabat Kandel.
Setelah saiban selesai dihanturkan, barulah keluarga akan makan bersama-sama di rumah dengan lauk yang sudah dimasak.
Nah, jenis makanan yang disajikan di setiap daerah tidak selalu sama.
Di Negara, Kabupaten Jembrana, yang berada di pesisir Bali bagian barat, ada makanan khas yang menjadi sajen dewa, yakni pesor (sejenis lontong dari daun bambu dan pohon kasa) dan lawar klungah atau lawar tempurung kelapa muda.
Baca Juga: Siapa Sangka Cuma dengan Minum Air Rebusan Kelapa, Tubuh Akan Rasakan 8 Hal Mencengangkan Ini!
Di dalam sajen yang dipersembahkan masyarakat Jembrana biasanya juga terdapat makanan laut, seperti ikan, udang, dan kepiting.
Sementara itu, sajen di Denpasar dan Gianyar didominasi daging babi.
Sajen yang berbeda-beda ini merupakan cerminan keheterogenan masyarakat Bali yang sesungguhnya.
Makna Sesajen Makanan di Bali
Ritual persembahan nampaknya sudah menjadi bagian dari napas kehidupan sehari-hari masyarakat Hindu-Bali.
Sebagai tradisi yang sudah mendarah daging, Masyarakat Bali ternyata percaya kalau makan tanpa menghanturkan sajen berarti melangkahi sang Dewata.
”Tanpa mempersembahkannya terlebih dahulu kepada dewata, sama saja dengan menikmati sesuatu dari alam dengan cara mencuri,” ujar rohaniwan Hindu-Bali, Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda.
Dalam konsepsi Hindu-Bali, makanan pertama-tama harus dipersembahkan kepada dewata yang menguasai kehidupan manusia dan alam semesta.
Dengan demikian, manusia mengonsumsi makanan yang penuh berkah dari dewata.
Makanan yang kita makan, lanjut Mpu Acharyananda, hanyalah lapisan terluar.
Dia akan bermanfaat bagi manusia apabila ada aspek spiritual di dalamnya.
Sajen juga jadi cara seluruh penduduk Bali yang memeluk Hindu mengucapkan rasa syukur atas karunia dan berkah semesta pada hidup.
Begitulah, rasa syukur manusia atas berkah Semesta ditunjukkan masyarakat Bali dengan sembah sebelum dikonsumsi.
Dan, diharapkan segalanya berjalan dalam irama yang penuh harmoni….
Baca Juga: Jangan Anggap Sepele! Ternyata Pahitnya Biji Duku Ampuh Sembuhkan Penyakit Ini, Intip Cara Raciknya
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR