“Saat itu sudah kelas 1 SD. Kalau di rumah ada stok barang, saya suka bawa chiki dan permen ke sekolah.
Lalu saya jualan di sana dan margin keuntungannya buat saya,” tuturnya.
Selain makanan ringan dan permen, Hengky juga berjualan es sirup.
Es itu ia buat bersama kakak-kakaknya dan dijual di sekolah hingga kelas 6 SD.
Memasuki SMP, pria kelahiran Blitar, 21 Oktober 1982 ini mengganti barang dagangan.
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Kulit Telur Bisa Dikonsumsi! Amankah?
Saat itu ia lebih suka membuat stiker kemudian dijual ke teman-teman kelasnya.
Saat SMP ini pula Hengky remaja mulai menjadi pemulung.
Namun bukan pemulung keliling, tapi memungut sampah di gedung serbaguna depan rumahnya.
“Rumah saya dekat Gedung Pemuda, gedung serbaguna yang besar. Dalam seminggu suka ada tiga kali acara. Apalagi pas weekend banyak orang berada menikah di sana,” ucapnya.
Biasanya, sampah-sampah nikahan seperti kardus, gelas air mineral, dan lainnya dibiarkan begitu saja.
Source | : | wiken.grid.id |
Penulis | : | Tazkiya |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR