SajianSedap.com - Mayangsari memang bisa gelar pesta mewah bertabur makanan.
Namun sosok ini bongkar kalau Ia juga pernah diusir karena bikin keributan besar di pemakaman Soeharto.
Sejak empat tahun lalu sebelum bercerai, Halimah diketahui selalu ingin mempertahan rumah tangganya dengan Bambang Trihatmodjo.
Ia mengaku masih ingin mempertahankan rumah tangga yang gosipnya telah renggang sejak tahun 2001 lalu.
Bahkan, di tahun yang sama, Bambang ketahuan sudah menikah siri dengan Mayangsari.
"Klien kami ingin selalu mempertahankan rumah tangga. Dari dulu kan memang seperti itu," kata Lelyana, kuasa hukum Halimah kala itu.
Namun nyatanya, 3 hari setelah Halimah dan Bambang resmi bercerai, Mayangsari menggelar pesta mewah bertabur makanan.
Halimah: 'Senang Sekali Buat Sensasi'
Kisah pesta mewah Mayangsari ini terungkap dari dokumentasi nova.id pada tahun 2011 lalu.
Dalam artikel itu disebutkan kalau tiga hari setelah Bambang Trihatmodjo resmi bercerai dari Halimah, Mayangsari menggelar sebuah pesta mewah.
Tak tanggung-tanggung, pesta itu diadakan di Hotel Sultan, Jakarta pada Minggu (3/4).
Banyak isu mengatakan kalau Mayang seolah ingin mengumumkan kepada khalayak bahwa kini ia adalah satu-satunya istri sah Bambang Trihatmodjo.
Melihat berkas NOVA 2008, saat Soeharto meninggal di 27 Januari 2008 silam, Mayangsari nekat menyambangi keluarga Cendana bersama Bambang Trihatmodjo dan putrinya.
Entah apa yang ada di benak Mayangsari. Sebagai menantu yang baik, dia mungkin ingin memanjatkan doa terakhirnya buatSoeharto.
Apalagi, buah hatinya, Khirani Siti Hartina Trihatmodjo, belum pernah melihat Eyangnya secara langsung.
Maka, Mayang pun memberanikan diri menyambangi Rumah Cendana.
Dalam rekaman kamera media elektronik, Mayang terlihat duduk sambil menundukan muka di depan jenazah Soeharto.
Sementara di sampingnya Khiran duduk dipangku bapaknya, Bambang Trihatmodjo.
Di balik peristiwa sensasional itu muncul cerita, bahwa kedatangan Mayang tak dikehendaki dua putri Soeharto, Titiek dan Mamiek.
Dengan terang-terangan, mereka mengusir Mayang.
Menurut seorang saksi mata yang meminta identitasnya dirahasiakan, Mayang datang ke rumah mantan orang nomor satu di Indonesia itu sekitar pukul 22.00.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini
Saat itu doa-doa untuk almarhum masih berlangsung dengan khusyuk.
Di depan jenazah masih bersimpuh Tommy, Titiek dan Mamiek.
Sementara Tutut dan Sigit sedang melakukan aktivitas lain.
Begitu pula dengan Halimah, (mantan) istri Bambang, yang sedang makan malam di rumah, lalan Tanjung, yang tak jauh dari rumah duka.
Tanpa diduga, di antara pelayat yang terus berdatangan terlihat Mayangsari bersama Bambang.
Bambang pun menggendong Khiran. Mayang mengenakan busana hitam dan syal batik di bahunya.
Kehadiran pasangan ini langsung mendapat perhatian Mamiek dan Titiek.
Keduasaudara Bambang itu langsung berdiri dan mendatangi Mayangsari.
Mereka meminta Mayang agar segera keluar dari rumah itu.
"'Pergi dari sini!', kata Mamiek setengah membentak," cerita saksi mata yang dekat dengan Keluarga Cendana itu.
Melihat reaksi tersebut, Bambang turun tangan. Sempat terjadi perdebatandan Bambang berhasil membujuk Titiek dan Mamiek agar memberi kesempatan ke Mayang untuk bersimpuh di sisi jenazah Soeharto.
"Kejadiannya cepat sekali. Paling beberapa menit saja," lanjut si sumber.
Meski insiden itu terjadi singkat, ribut-ribut itu langsung diketahui Halimah, setelah seseorang memberi tahunya lewat telepon.
Apa reaksi Halimah? "Dia cuma bilang, kok senang sekali membuat sensasi saat orang khidmat mendoakan Bapak."
Masih kata sumber tadi, selama perjalanan menuji Solo tempat Pak Harto dimakamkan pun, Halimah bungkam, dan tak mau menyinggung kedatangan Mayang bersama Bambang dan anaknya.
"Dia tidak mau terganggu oleh sensasi murahan tersebut. Mayang telah merusak kekhidmatan, hal yang tidak bakalan dilakukan oleh seorang Halimah."
Untunglah, saat pemakaman seluruh keluarga besar Soeharto meninggalkan semua persoalan mereka, lalu bahu-membahu untuk mengantar Soeharto terakhir kalinya.
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
KOMENTAR